SISTEM
IMUN DAN HEMATOLOGI
HEMOLITIK
PADA BAYI
Oleh
:
1.
Daniel Ervin K. (A5.11.11)
2.
Misradi (A5.11.33)
PRODI KEPERAWATAN STRATA 1
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Anemia merupakan salah satu faktor
risiko dari luaran janin yang jelek, berhubungan dengan kelahiran prematur,
berat badan lahir rendah, serta kematian ibu, dan janin.Frekuensi ibu hamil
dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika
hanya 6% . Menurut WHO, sebanyak 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan
dengan anemia dalam kehamilan.
Walaupun anemia merupakan keadaan
fisiologis pada kehamilan, tetapi penting sekali untuk mengetahui etiologi,
apakah hanya fisiologis atau keadaan patologis sebagai penyebab anemianya. Pada
kasus kehamilan yang disertai anemia gravis, perlu dicurigai adanya kelainan
hematologi sebagai penyakit primernya terutama anemia hemolitik dan
hemoglobinopati
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian anemia ?
2.
Apa pengertian anemia hemolitik ?
3.
Apa pengertian anemia hemolitik pada
bayi baru lahir ?
4.
Apa etiologi atau penyebab dari penyakit
anemia hemolitik pada bayi ?
5.
Apa patofisiologi dari penyakit anemia
hemolitik pada bayi ?
6.
Bagaimana manifestasi klinis dari anemia
hemolitik pada bayi baru lahir ?
7.
Bagaimana penatalaksanaan untuk bayi
dengan anemia hemolitik ?
8.
Apa komplikasi yang terjadi untuk bayi
dengan anemia hemolitik ?
9.
Bagaimana asuhan keperawatan untuk
penyakit hemolitik pada bayi ?
1.3 TUJUAN
1.
Mahasiswa dapat mengetahui anemia
hemolitik pada bayi ?
2.
Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dari
anemia hemolitik pada bayi ?
3.
Mahasiswa mengetahui patofisiologi dari
anemia hemolik pada bayi ?
4.
Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi
klinis dari anemia hemolitik pada bayi?
5.
Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan
untuk bayi dengan anemia hemolitik ?
6.
Mahasiswa mengetaui komplikasi yang dapat terjadi apabila bayi
terkena anemia hemolitik pada bayi ?
7.
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan
keperawatan untuk penyakit hemolitik pada bayi ?
BAB II
KONSEP TEORI
2.1
PENGERTIAN
1. Anemia
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1
mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapat dalam 100 ml
darah (Ngastia, 1997 ; 398)
Anemia adalah
berkurangnya volume eritrosit di kadar HB di bawah batas nilai-nilai yang
dijumpai pada orang sehat (Nelson; 838)
2. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang di sebabkan oleh proses hemolisis,
yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya (normal umur
eritrosit 100-120 hari).
Anemia hemolitik adalah anemia karena hemolisis,
kerusakan abnormal sel-sel darah merah (sel darah merah), baik di dalam
pembuluh darah (hemolisis intravaskular) atau di tempat lain dalam tubuh
(extravascular).
Anemia hemolitik adalah
anemia yang disebabkan karena terjadinya penghancuran darah sehingga umur dari
eritrosit pendek (umur eritrosit normalnya 100 sampai 120 hari).
Anemia hemolitik
merupakan kondisi dimana jumlah sel darah merah (HB) berada di bawah nilai
normal akibat kerusakan (dekstruksi) pada eritrosit yang lebih cepat dari pada
kemampuan sumsum tulang mengantinya kembali. Jika terjadi hemolisis (pecahnya
sel darah merah) ringan atau sedang dan sumsum tulang masih bisa
mengompensasinya, anemia tidak akan terjadi, keadaan ini disebut anemia
terkompensasi. Namun jika terjadi kerusakan berat dan sumsum tulang tidak mampu
menganti keadaan inilah yang disebut anemia hemolitik.
3. Penyakit hemolitik pada bayi
baru lahir
Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir adalah suatu anemia normositik normokromik pada bayi positif Rh yang lahir dari ibu negatif Rh yang sebelumnya telah membentuk antibodi terhadap antigen Rh.
Penyakit hemolitik bayi baru lahir (hemolytic desease of new born) atau HDN adalah abnormal pecahnya sel darah merah pada janin atau bayi yang baru lahir. Hal ini biasanya karena antibodi yang dibuat oleh ibu ditujukan terhadap sel darah merah bayi. Hal ini biasanya disebabkan oleh inkompatibilitas Rh atau terjadi ketika ada ketidakcocokan antara jenis darah ibu dan bayi, yaitu perbedaan antara golongan darah Rh ibu dan bayi. Penyakit hemolitik dari Bayi juga disebut eritroblastosis fetalis (Widness,2008)
Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir adalah suatu anemia normositik normokromik pada bayi positif Rh yang lahir dari ibu negatif Rh yang sebelumnya telah membentuk antibodi terhadap antigen Rh.
Penyakit hemolitik bayi baru lahir (hemolytic desease of new born) atau HDN adalah abnormal pecahnya sel darah merah pada janin atau bayi yang baru lahir. Hal ini biasanya karena antibodi yang dibuat oleh ibu ditujukan terhadap sel darah merah bayi. Hal ini biasanya disebabkan oleh inkompatibilitas Rh atau terjadi ketika ada ketidakcocokan antara jenis darah ibu dan bayi, yaitu perbedaan antara golongan darah Rh ibu dan bayi. Penyakit hemolitik dari Bayi juga disebut eritroblastosis fetalis (Widness,2008)
2.2 ETIOLOGI
Penyebab
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir (HDN) :
HDN paling
sering terjadi ketika seorang ibu Rh negatif mempunyai bayi dengan ayah Rh
positif. Ketika faktor Rh bayi positif, seperti ayah masalah bisa berkembang
jika sel-sel merah darah bayi menyeberang ke ibu Rh negatif.
Sistem kekebalan ibu melihat sel Rh positif bayi darah merah sebagai benda
asing. Sama seperti ketika bakteri menyerang tubuh, sistem kekebalan tubuh
merespon dengan mengembangkan antibodi untuk melawan dan menghancurkan sel-sel
asing. Sistem kekebalan ibu kemudian membuat antibodi dalam kasus sel asing
muncul lagi, bahkan pada kehamilan masa depan. Meskipun tidak seperti biasa,
masalah serupa bisa terjadi ketidak cocokan antara jenis darah (A, B ,O, AB)
dari ibu dan bayi dalam situasi situasi
berikut :
Golongan
darah ibu O, A, B.
Golongan
darah bayi A atau B, B, A,
Pada
kehamilan pertama, sensitisasi Rh tidak mungkin. Biasanya hanya menjadi masalah
pada kehamilan masa depan dengan lain bayi Rh positif. Selama kehamilan itu,
antibodi ibu melalui plasenta untuk melawan sel-sel positif Rh dalam tubuh
bayi. Sebagai antibodi menghancurkan sel-sel darah merah, bayi bisa menjadi
sakit. Ini disebut eritroblastosis fetalis selama kehamilan. Pada bayi baru
lahir, kondisi ini disebut penyakit hemolitik bayi baru lahir.
2.3 PATOFISIOLOGIS
Berikut ini adalah gejala yang paling umum dari
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Namun, setiap bayi bisa mengalami
gejala yang berbeda. Selama kehamilan gejala mungkin termasuk:
1. Dengan
amniosentesis, cairan ketuban dapat memiliki warna kuning dan mengandung
bilirubin.
2. USG janin
menunjukkan penumpukan pembesaran hati, limpa, atau jantung dan cairan di perut
janin.
Setelah lahir, gejala mungkin termasuk:
1. Sebuah warna
pucat mungkin jelas, karena anemia.
2. Jaundice,
atau kuning mewarnai cairan ketuban, tali pusat, kulit, dan mata dapat hadir.
Bayi mungkin tidak tampak kuning segera setelah lahir, namun jaundice dapat
berkembang dengan cepat, biasanya dalam waktu 24 sampai 36 jam.
3. Bayi yang
baru lahir mungkin memiliki pembesaran hati dan limpa.
4. Bayi dengan
hidrops fetalis memiliki edema berat (pembengkakan) dari seluruh tubuh dan
sangat pucat. Mereka sering mengalami kesulitan bernapas.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Penyakit
hemolitik yang ringan mungkin relatif asimptomatik disertai hepatomegali ringan
dan sedikit peningkatan bilirubin. Penyakit yang parah bermanifestasi
sebagai tanda-tanda anemia berat.Dapat
terjadi hiperbilirubinemia sehingga timbul ikterus berat dan gangguan susunan
saraf pusat yang dikenal sebagai kernikterus.
2.5 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
pada bayi baru lahir dengan penyakit hemolitik adalah sebagai berikut :
1. Pencegahan
penyakit hemolitik yang diinduksi Rh
dilakukan dengan sustu preparat
antibodi anti Rh yang disebut RhoGAM pada usia kehamilan sekitar 7 bulan
untuk wanita beresiko.
2. Apabila
penyakit hemolitik tetap timbul pada bayi baru lahir diperlukan transfusi darah , transfusi diberikan
dengan darah positif Rh yang tidak mengandung antibodi Rh.
3. Pada
kasus ringan mungkin hanya diperlukan fototerapi untuk menurunkan kadar
bilirubin tidak terkonjugasi.
. Pengobatan
untuk penyakit hemolitik yang baru lahir (HDN) :
HDN Setelah didiagnosis, pengobatan mungkin diperlukan. Pengobatan khusus untuk
penyakit hemolitik yang baru lahir akan ditentukan oleh dokter bayi berdasarkan: Usia kehamilan bayi, kesehatan
secara keseluruhan, dan riwayat kesehatan, luasnya penyakit, toleransi bayi untuk pengobatan spesifik, prosedur, atau
terapi harapan untuk perjalanan penyakit, pendapat atau preferensi
a). Selama
kehamilan, perawatan untuk HDN diantaranya :
1.
Transfusi darah intrauterine sel darah merah dalam
sirkulasi bayi, hal ini dilakukan dengan menempatkan sebuah jarum melalui rahim
ibunya dan masuk ke rongga perut janin atau langsung ke dalam pembuluh darah di
tali pusar.Mungkin perlu untuk memberikan obat penenang untuk menjaga bayi dari
bergerak.Transfusi intraurine mungkin
perlu diulang.
2.
Melahirkan lebih awal jika janin berkembang
komplikasi.jika janin mempunyai paru-paru matang persalinan dan melahirkan
dapat dirangsang untuk mencegah memburuknya dari HDN.
b). Setelah
lahir :
1.
Transfusi darah (untuk anemia parah)
2.
Cairan intravena (untuk tekanan darah rendah)
3.
Oksigen atau mesin pernafasan mekanik digunakan untuk
yang mengalami gangguan pernafasan.
4.
Transfusi tukar untuk menggantikan darah bayi yang
rusak dengan darah yang segar.
5.
Transfusi tukar membantu meningkatkan jumlah sel darah
merah dan menurunkan tingkat bilirubin. Sebuah transfusi pertukaran dilakukan
dengan bolak memberi dan menarik darah dalam jumlah kecil melalui pembuluh
darah atau arteri. transfusi Exchange mungkin perlu diulang jika tingkat
bilirubin tetap tinggi.
2.6
KOMPLIKASI
Komplikasi
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir .Komplikasi dapat berkisar dari ringan
sampai parah .Berikut ini adalah beberapa masalah yang dapat diakibatkan :
A.Selama
kehamilan :
1. Anemia
hiperbilirubinemia, ringan, dan penyakit kuning Plasenta membantu menyingkirkan
beberapa bilirubin ,tetapi tidak semua
2. Berat anemia
dengan pembesaran hati dan limpa Ketika organ-organ ini dan sumsum tulang tidak
dapat mengimbangi kerusakan yang cepat dari sel darah merah,hasil anemia berat
dan organ lain yang terpengaruh.
3. Hidrops
fetalis
Hal ini
terjadi sebagai organ bayi tidak mampu untuk menangani anemia. Jantung mulai
gagal dan sejumlah besar cairan membangun pada jaringan bayi dan organ.Sebuah
janin dengan hidrops beresiko besar yang lahir mati.
B. Setelah
lahir :
1.
Hiperbilirubinemia parah dan ikterus.
Hati bayi
tidak dapat menangani sejumlah besar bilirubin yang dihasilkan dari kerusakan
sel darah merah. Hati bayi terus membesar dan anemia.
2.
Kemikterus
Kernicterus
adalah bentuk yang paling parah hiperbilirubinemia dan hasil dari penumpukan
bilirubin dalam otak. Hal ini dapat menyebabkan kejang, kerusakan otak,
ketulian, dan kematian
3.
Anemia berat dapat menyebabkan gagal
jantung
2.7 ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
a.
Data demografi
b.
Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu
1.
Kemungkinan ibu bayi
pernah terpajan zat-zat kimia atau
mendapatkan pengobatan seperti anti kanker, analgetik dll
2.
Kemungkinan ibu bayi pernah kontak atau terpajan radiasi dengan kadar ionisasi yang besar
3.
Kemungkinan ibu bayi kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung Asam Folat,Fe dan Vit12 selama mengandung.
4.
Kemungkinan ibu bayi pernah menderita penyakit-penyakit infeksi selama mengandung bayinya.
5.
Kemungkinan bayi pernah
mengalami perdarahan hebat
6.
Riwayat
kesehatan keluarga
7.
Penyakit anemia
dapat disebabkan olen kelainan atau kegagalan
genetik yang berasal dari orang tua yang sama-sama trait sel sabit
-Riwayat kesehatan sekarang
1.
Bayi terlihat lemah
2.
Muka klien
pucat dan klien mengalami palpitasi
3.
Bayi rewel dan sering menangis.
c. Kebutuhan dasar
1)
Pola aktivitas sehari-hari
Keletihan,
malaise, kelemahan
2)
Sirkulasi
1.
Palpitasi,
takikardia, mur mur sistolik, kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut,
farink dan bibir) pucat
2.
Sklera : biru
atau putih seperti mutiara
3.
Pengisian
kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer dan vasokonstriksi
(kompensasi)
4.
Kuku : mudah
patah, berbentuk seperti sendok
5.
Rambut kering, mudah putus, dan menipis
3)
Eliminasi
Diare dan penurunan haluaran urin
4) Makanan dan cairan
1.
Penurunan nafsu
untuk minum
ASI
2.
Mual dan muntah
3.
Penurunan BB
4.
Distensi abdomen dan penurunan bising usus
5.
Kesulitan
menelan
6) Neurosensori
Gelisah dan
kelemahan
7) Pernafasan
Nafas pendek
pada istirahat dan aktivitas (takipnea, ortopnea dan dispnea)
B.
Diagnosa
1. Perubahan
perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen
2. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan menurun, mual
3. Konstipasi
b.d penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi
obat.
4. Intoleransi
aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan, kelemahan fisik.
5. Kurang
pengetahuan, b/d kurang mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi.
C.
Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan b.d Penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen
Tujuan: Peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil:
-
Keadaan umum
1. TD : 120/80 mmHg
2. Suhu 36,50 C – 370 C
3. Jumlah Eritrosit 5000 - 9000 sel/mm3
-
Intervensi:
1. Awasi tanda
vital kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membrane mukosa, dasar kuku.
2. Awasi upaya
pernapasan ,auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
3. Hindari
penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan
thermometer.
4. Kolaborasi
pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap atau
packed produk darah sesuai indikasi.
5. Berikan
oksigen tambahan sesuai indikasi.
6. Berikan
transufi darah sesuai indikasi
Rasional:
1. Memberikan informasi
tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan
intervensi.
2. Meningkatkan
ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan :
kontraindikasi bila ada hipotensi.
3. Gemericik
menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung lama atau peningkatan
kompensasi curah jantung.
4. Iskemia
seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
5. Termoreseptor
jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen
6. Mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
7. Memaksimalkan
transport oksigen ke jaringan.
8. Meningkatkan
jumlah sel darah merah
2
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.b.d nafsu
makan menurun, mual
Kriteria hasil:
1. Keadaan umum membaik
2. Dapat minum ASI dengan baik
3. Mengalami peningkatan BB
Intervensi:
1. Kaji riwayat
nutrisi, termasuk asupan ASI
2. Timbang
berat badan setiap hari
3. Berikan
makan ASI dengan frekuensi sering
4. Observasi
dan catat kejadian mual atau muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan
5. Kolaborasi
pada ahli gizi untuk kebutuhan nutrisi
6. Kolaborasi ,pantau
hasil pemeriksaan laboraturium
7. Kolaborasi,
berikan obat sesuai indikasi
Rasional:
1. Mengawasi
masukkan kalori atau kualitas kekurangan nutrisi
2. Mengawasi
penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutris
3. Menurunkan
kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster
4. Gejala GI
dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
5. Meningkatakan
efektivitas program pengobatan, termasuk nutrisi yang dibutuhkan.
6. Kebutuhan
penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang
buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
3 .Konstipasi b.d penurunan masukan
diet perubahan proses pencernaan; efeksamping
terapi obat.
Kriteria hasil :
1. Warna urine normal, dan warna feses normal serta konsistensi yang normal
2. Bunyi usus normal
Intervensi
1. Observasi
warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah
2. Auskultasi
bunyi usus
3. Kaji kondisi
kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai
kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
4. Kolaborasi
ahli gizi untuk kebutuhan nutrisi
Rasional :
1. Membantu
mengidentifikasi penyebab atau faktor pemberat dan intervensi yang tepat.
2. Bunyi usus
secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi
3. Membantu
dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu
memperthankan status hidrasi pada diare
4. Menurunkan
distress gastric dan distensi abdomen
5. Mencegah
ekskoriasi kulit dan kerusakan
6. Mempermudah
defekasi bila konstipasi terjadi.
7. Menurunkan
motilitas usus bila diare terjadi.
4. Intoleransi aktifitas b.d
ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan, kelemahan fisik.
Kriteria hasil :
1. Dapat bergerak
normal sesuai umur.
2. TD : 120/80
mmHg
Intervensi:
1. Observasi
tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
2. Berikan
lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan
tirah baring bila di indikasikan
Rasional:
1. Mempengaruhi
pilihan intervensi atau bantuan
2. Manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat
ke jaringan
3. Meningkatkan
istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru
5. Kurang pengetahuan b/d kurang
mengingat, salah interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber
informasi.
Kriteria hasil :
1. Keluarga menyatakan
pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit
2. Mengidentifikasi
factor penyebab.
3. Melakukan
tindakan yang perlu atau perubahan pola hidup.
Intervensi:
1. Berikan
informasi tentang hemolitik pada bayi spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa
terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia hemolitik.
2. Tinjau
tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik
3. Kaji tingkat
pengetahuan keluarga klien atau bayi tentang penyakit hemolitik pada bayi.
4. Berikan
penjelasan pada keluarga klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
5. Minta keluarga klien mengulangi kembali tentang materi yang telah
diberikan
Rasional :
1. Memberikan
dasar pengetahuan sehingga keluarga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.Menurunkan
ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi
2. Megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan
keluarga klien tentang penyakit bayinya.
3. Dengan
mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang keluarga klien akan tenang dan
mengurangi rasa cemas
4. Mengetahui
seberapa jauh pemahaman keluarga klien serta menilai keberhasilan dari tindakan
yang dilakukan
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir adalah suatu anemia normositik normokromik pada
bayi positif-Rh yang lahir dari ibu negatif –Rh yang sebelumnya telah membentuk
antibodi terhadap antigen Rh.
Penyakit
hemolitik bayi baru lahir (hemolytic desease of new born) atau HDN adalah
abnormal pecahnya sel darah merah pada janin atau bayi yang baru lahir. Hal ini
biasanya karena antibodi yang dibuat oleh ibu ditujukan terhadap sel darah
merah bayi. Hal ini biasanya disebabkan oleh inkompatibilitas Rh atau terjadi
ketika ada ketidakcocokan antara jenis darah ibu dan bayi, yaitu perbedaan
antara golongan darah Rh ibu dan bayi.
B.
SARAN
Sebagai mahasiswa yang tak pernah lepas dari kata belajar. Begitu pula
dalam pembuatan asuhan keperawatan ini, yang jauh dari kesempurnaan. Olehnya
kami menerima saran dari pembaca demi terciptanya asuhan keperawatan berikutnya
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Handayani,wiwik,dan
Sulistyo.2008.asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguaan sistem hematologi.Jakarta:Salemba Medika.