pencarian

Powered By Blogger

PENGUNJUNG BLOG

Sabtu, 02 November 2013

AMBULASI DINI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
      Ambulasi merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun, dan duduk di sisi tempat tidur hingga pasien turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan.
      Manfaat ambulasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis (thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi komplikasi immobilisasi pasca operasi, mempercepat pemulihan peristaltic usus, mempercepat pasien pasca operasi (Hinchliff, 1999; Craven dan Hirnle, 2009).
      Ambulasi sangat penting dilakukan pada pasien pasca operasi karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk memulai berjalan (Kozier, 1989).
      Menurut Kozier dan Erb (1987), factor yang mempengaruhi ambulasi adalah kondisi kesehatan pasien, nutrisi, emosi, situasi dan kebiasaan serta gaya hidup dan pengetahuan.
      Untuk itu penulis membuat makalah ini  agar dapat membantu tata cara dasar ambulasi yang benar.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari ambulasi?
2.      Apakah tujuan dari ambulasi?
3.      Sebutkan dan jelaskan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan ambulasi
4.      Sebutkan apa saja alat-alat yang dipergunakan dalam pelaksanaan ambulasi
1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari ambulasi.
2.      Untuk mengetahui tujuan dari ambulasi.
3.      Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang berhubungan dengan ambulasi.
4.      Untuk mengetahui apa saja alat-alat yang dipergunakan dalam pelaksanaan ambulasi. 
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian.
            Ambulasi adalah latihan yang paling berat dimana pasien yang dirawat dirumah sakit dapat berpartisipasi kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi pasien.
Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Roper, 2002)
Ambulasi merupakan latihan yang dilakukan dengan hati-hati tanpa tergesa-gesa untuk memperbaiki sirkulasi dan mencegah flebotrombosis (Hin Chiff, 1999)
            Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien. Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas. Keuntungan dari latihan berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas. Menurut Kozier (1995 dalam Asmandi, 2008) ambulasi adalah aktivitas berjalan. Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska operasi dimulai dari duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien.
 2.2. Tujuan
1.       Untuk memenuhi kebutuan aktivitas
2.       Memenuhi kebutuhan ambulasi
3.       Mempertahankan kenyamanan
4.       Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
5.       Mempertahankan control diri pasien
6.       Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
Sedangkan Menurut Asmadi (2008) manfaat Ambulasi adalah :
1.      Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
a.       Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi, sirkulasi yang terlambat yang menyebabkan terjadinya Atropi akut dan perubahan turgor kulit.
b.      Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan beban kerja jantung, hipotensi ortostatic, phlebotrombosis.
c.       Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital, Penurunan ventilasi volunter maksimal, penurunan ventilasi / perfusi setempat, mekanisme batuk yang menurun.
d.      Sistem Pencernaan : Anoreksi-Konstipasi, Penurunan Metabolisme.
e.       Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi Urine, infeksi saluran kemih, hiperkalsiuria
f.        Sistem Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis, pemendekan serat otot
g.      Sistem Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan syaraf pada bagian distal, nyeri yang hebat.
2.      Depresi
3.      Perubahan tingkah laku
4.      Perubahan siklus tidur
5.      Perubahan kemampuan pemecahan masalah

2.3  Persiapan ambulasi dini
Persiapan Iatihan fisik yang diperlukan pasien hingga memiliki kemampuan ambulasi, antara lain :
1.      Latihan otot-otot Quadriceps Femoris dan otot-otot Gluteal :
a.       Kerutkan otot-otot quadriaps sambil berusaha menekan daerah popliteal, seolah-olah ia menekan lututnya ke bawah sampai masuk ke lutut sementara kakinya naik ke atas.
b.      Hitung sampai hitungan  kelima.
c.       Ulangi latihan ini 10 – 15 kali.
2.      Latihan untuk menguatkan otot-otot ekstrimitas atas dan lingkar bahu :
a.       Bengkokkan dan luruskan lengan pelan-pelan sambil memegang berat traksi atau benda yang beratnya berangsur-angsur ditambah dan junlah pengulangannya. Ini berguna untuk menambah kekuatan otot ekstrimitas atas.
b.      Menekan balon karet. Ini berguna untuk meningkatkan kekuatan genggaman.
c.       Angkat kepala dan bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan tangan sejauh mungkin.
d.      Duduk di tempat tidur, angkat tubuh dari tempat tidur, tahan selama beberapa menit (Asmadi), 2008)
Prinsip-Prinsip yang Harus diperhatikan oleh Perawat dalam Membantu Pasien   Ambulasi adalah Sebagai berikut:
a)      Ketika merencanakan untuk memindahkan pasien, atur untuk bantuan yang adekuat. Gunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi
b)      Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan
c)      Jaga punggung, leher, pelvis, dan kaki lurus. Cegah terpelintir
d)     Fleksikan lutut, buat kakai tetap lebar
e)      Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek yang diangkat)
f)       Gunakan lengan atau tungkai (bukan punggung)
g)      Tarik klien kearah penariknya menggunakan sprei.
h)      Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak
i)        Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengan dipimping seseorang dengan menghitung sampai tiga.(Narko Wiyono, 2002).

2.4 Tindakan-tindakan ambulasi dini
  1. Duduk diatas tempat tidur
a.       Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
b.      Tempatkan klien pada posisi terlentang
c.       Pindahkan semua bantal
d.      Posisi menghadap kepala tempat tidur
e.       Regangkan kedua kaki perawat dengan kaki paling dekat ke kepala tempat tidur di belakang kaki yang lain.
f.       Tempatkan tangan yang lebih jauh dari klien di bawah bahu klien, sokong kepalanya dan vetebra servikal.
g.      Tempatkan tangan perawat yang lain pada permukaan temapt tidur.
h.      Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan perawat dari depan kaki ke belakang kaki.
i.        Dorong melawan tempat tidur dengan tangan di permukaan tempat tidur.

2.      Duduk di tepi tempat tidur
a.       Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
b.      Tempatkan px pada posisi miring, menghadap perawat di sisi tempat tidur tempat ia akan duduk.
c.       Pasang pagar tempat tidur pada sisi 2. yang berlawanan.
d.      Tinggikan kepala tempat tidur pada ketinggian yang dapat ditoleransi pasien.
e.       Berdiri pada sisi panggul klien yang berlawanan.
f.       Balikkan secara diagonal sehingga perawat berhadapan dengan pasien dan menjauh dari sudut tempat tidur.
g.      Regangkan kaki perawat dengan kaki palingdekat ke kepala tempat tidur di depan kaki yang lain
h.      Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur di bawah bahu pasien, sokong kepala dan lehernya
i.        Tempat tangan perawat yang lain di atas paha pasien.
j.        Pindahkan tungkai bawah klien dan kaki ke tepi tempat tidur.
k.      Tempatkan poros ke arah belakang kaki, yang memungkinkan tungkai atas pasien memutar ke bawah.
l.        Pada saat bersamaan, pindahkan berat badan perawat ke belakang tungkai dan angkat pasien.
m.    Tetap didepan pasien sampai mencapai keseimbangan.
n.      Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki menyentuh lantai

3.      Memindahkan Pasien dari TT ke Kursi
a.       Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kusi roda dalam posisi terkunci.
b.      Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
c.       Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan antislip.
d.      Regangkan kedua kaki perawat.
e.       Fleksikan panggul dan lutut perawat, sejajarkan lutut perawat dengan pasien
f.       Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila pasien dan tempatkan tangan pada skapula pasien.
g.      Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi.
h.      Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut perawat.
i.        Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien secara langsung ke depan kursi
j.        Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong.
k.      Fleksikan panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke kursi.
l.        Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.
m.    Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
n.      Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk kemajuan dan penampilannya.
4.      Membantu Berjalan
a.       Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang telapak tangan perawat.
b.      Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.
c.       Bantu pasien berjalan

5.      Memindahkan Pasien dari TT ke Brancard
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak dapat atau tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard.
1.      Atur posisi branchard dalam posisi terkunci
2.      Bantu pasien dengan 2 – 3 perawat
3.      Berdiri menghadap pasien
4.      Silangkan tangan di depan dada
5.      Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien.
6.      Perawat pertama meletakkan tangan di bawah leher/bahu dan bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan pinggul pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.
7.       Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard


6.      Melatih Berjalan dengan menggunakan Alat Bantu Jalan
Kruk dan tongkat sering diperlukan untuk meningkatkan mobilitas pasien. Melatih berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan merupakan kewenangan team fioterapi. Namun perawat tetap bertanggungjawab untuk menindaklanjuti dalam menjamin bahwa perawatan yang tepat dan dokumentasi yang lengkap dilakukan
2.5 Dampak Ambulasi yang salah
Penggunaan ambulasi yang salah akan menimbulkan dampak :
  1. Keteregangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem muskuloskeletal
  2. Resiko kecelakaan pada sistem muskoloskeletal

2.6  Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan ambulasi
1.       Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan permanen untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang tubuh dalam keseimbangan pasien. Misalnya: Conventional, Adjustable dan lofstrand
2.       Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi pinggang yang digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi tongkat berkaki panjang lurus (single stight-legged) dan tongkat berkaki segi empat (quad cane).
3.       Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat penyangga yang kokoh digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum, lengan yang kuat dan mampu menopang tubuh.
2.7  Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi Dini
1.      Kesehatan Umum
Penyakit, kelemahan, penurunan aktivitas, kurangnya latihan fisik dan lelah kronik menimbulkan efek yang tidak nyaman pada fungsi musculoskeletal. (Kozter, 1987)
2.      Tingkat Kesadaran
Pasien dengan kondisi disorienrtasi, bingung atau mengalami perubahan tingkat kesadaran tidak mampu melakukan ambulasi dini pasca operasi.
3.      Nutrisi
Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atropi otot, penurunan jaringan subkutan yang serius, dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pasien juga akan mengalami defisisensi protein, keseimbangan nitrogen dan tidak ada kuatnya asupan vitamin C (Patter & Perry, 2006)
4.      Emosi
Perasaan nyaman, kebahagiaan, kepercayaan dan penghargaan pada diri sendiri akan mempengaruhi pasien untuk melaksanakan prosedur  ambulasi (Kozier, 1987)
5.      Tingkat Pendidikan
Pendidikan menyebabkan perubahan pada kemampuan intelektual, mengarahkan pada ketrampilan yang lebih baik dalam mengevaluasi informasi (Goldman 2002). Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan mereka, untuk mematuhi saran-saran kesehatan
6.      Pengetahuan
Hasil penelitian mengatakan bahwa perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo – 1993)
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
1.       Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska operasi dimulai dari duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan.
2.       Tujuan ambulasi adalah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatan pasien
3.       Latihan ambulasi seperti duduk di atas tempat tidur, turun dan berdiri dari tempat tidur, membantu berjalan, dan memindahkan pasien dari tempat tidur ke branchard.
DAFTAR PUSTAKA

1.      Uliyah, Musrifatul & Hidayat A. A. A. (2008). Keterampilan Dasar Praktik untuk Kebidanan (Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika
2.      Uliyah, Musrifatul & Hidayat A. A. A. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
3.      Asmadi ,(2008). Tehnik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta  : Salemba medika
4.      Brunner & Sudart (2002). Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah.( Alih Bahasa Rini, MA). Jakarta EGC.