pencarian

Powered By Blogger

PENGUNJUNG BLOG

Jumat, 01 November 2013

KEPERAWATAN INTRA-OPERATAIF

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Keperawatan intra operatif merupakan bagian dari tahapan keperawatan perioperatif. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik yang mengganggu pasien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. sehingga pada akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi. Untuk menghasilkan hasil terbaik bagi diri pasien, tentunya diperlukan tenaga kesehatan yang kompeten dan keda sama yang sinergis antara masing-masing anggota tim. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan adatigakelompok besar, meliputi pertama, ahli anastesi dan perawat anastesi yang bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien dalam posisi yang tepat di meja operasi, kedua ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub dan pembedahan dan yang ketiga adalah perawat intra operatif.
Perawat intra operatif bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan (well being) pasien. Untuk itu perawat intra operatif perlu mengadakan koordinasi petugas ruang operasi dan pelaksanaan perawat scrub dan pengaturan aktivitas selama pembedahan. Peran lain perawat di ruang operasi adalah sebagai RNFA (Registered Nurse First Assitant). Peran sebagai RNFA ini sudah berlangsung dengan baik di negara amerika utara dan eropa. Namun demikian praktiknya di Indonesia masih belum sepenuhnya tepat. Peran perawat sebagai RNFA diantaranya meliputi penanganan jaringan, memberikan pemajanan pada daerah operasi, penggunaan instrumen, jahitan bedah dan pemberian hemostatis.

BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Keperawatan Intraoperatif adalah Keperawatan yang dimulai ketika pasien masuk  ke bagian bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan (recovery room) setelah operasi selesai. Dalam fase ini lingkup aktivitas keperawatan adalah pemeliharaan keselamatan klien, pemantauan fisiologis, dan dukungan psikologis, pada fase ini perawat juga melaksanakan fungsinya sebagai “scrubnurse” dan “sirkulatingnurse”.
2.2 Fungsi keperawatan intra operatif
Selain sebagai kepala advokat pasien dalam kamar operasi yang menjamin kelancaran jalannya operasi dan menjamin keselamatan pasien selama tindakan pembedahan. Secara umum fungsi perawat di dalam kamar operasi seringkali dijelaskan dalam hubungan aktivitas-aktivitas sirkulasi dan scrub (instrumentator). Perawat sirkulasi berperan mengatur ruang operasi dan melindungi keselamatan dan kebutuhan pasien dengan memantau aktivitas anggota tim bedah dan memeriksa kondisi di dalam ruang operasi. Tanggung jawab utamanya meliputi memastikan kebersihan, suhu yang sesuai, kelembapan, pencahayaan, menjaga peralatan tetap berfungsi dan ketersediaan berbagai material yang dibutuhkan sebelum, selama dan sesudah operasi.
Perawat sirkuler juga memantau praktik asepsis untuk menghindari pelanggaran teknik asepsis sambil mengkoordinasi perpindahan anggota tim yang berhubungan (tenaga medis, rontgen dan petugas laboratorium). Perawat sirkuler juga memantau kondisi pasien selama prosedur operasi untuk menjamin keselamatan pasien. Aktivitas perawat sebagai scrub nurse termasuk melakukan desinfeksi lapangan pembedahan dan drapping, mengatur meja steril, menyiapkan alat jahit, diatermi dan peralatan khusus yang dibutuhkan untuk pembedahan. Selain itu perawat scrub juga membantu dokter bedah selama prosedur pembedahan dengan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan seperti mengantisipasi instrumen yang dibutuhkan, spon, kassa, drainage dan peralatan lain serta terus mengawasi kondisi pasien ketika pasien dibawah pengaruh anastesi. Saat luka ditutup perawat harus mengecek semua peralatan dan material untuk memastikan bahwa semua jarum, kassa dan instrumen sudah dihitung lengkap.
Kedua fungsi tersebut membutuhkan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan perawat tentang anatomi, perawatan jaringan dan prinsip asepsis, mengerti tentang tujuan pembedahan, pemahaman dan kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan dan untuk bekerja sebagai anggota tim yang terampil dan kemampuan untuk menangani segala situasi kedaruratan di ruang operasi.
2.3 Prinsip-prinsip umum
a)      Prinsip kesehatan dan Baju
1.      Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang operasi. Sehingga keadaan pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit, merupakan sumber organisme patogenik yang harus dilaporkan.
2.      Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan oleh institusi yang diperbolehkan, tidak dapat dipakai diluar ruangan operasi.
3.      Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi yang meminimalkan kontaminasi melalui udara, menutup seluruh hidung dan mulut, tetapi tidak mengganggu pernafasan, bicara atau penglihatan, menyatu dan nyaman.
4.      Tutup kepala secara menyeluruh menutup rambut (kepala dan garis leher termasuk cambang) sehingga helai rambut, jepitan rambut, penjepit, ketombe dan debu tidak jatuh kedalam daerah steril.
5.      Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga. Bakiak, sepatu tenis, sandal dan bot tidak diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit dibersihkan. Sepatu dibungkus dengan penutup sepatu sekali pakai dan kanvas.
6.      Bahaya kesehatan dikontrol dengan pemantauan internal dari ruang operasi meliputi analisis sampel dari sapuan terhadap agens infeksius dan toksik. Selain itu, kebijakan dan prosedur keselamatan untuk laser dan radiasi di ruang operasi telah ditegakkan.
b)      Prinsip asepsis perioperatif.
1.      Pencegahan komplikasi pasien, termasuk melindungi pasien dari operasi,
2.      Ruang operasi terletak di bagian rumah sakit yang bebas dari bahay seperti partikel, debu, polutan lain yang mengkontaminasi, radiasi, dan kebisingan.
3.      Bahaya listrik, alat konduktifitas, pintu keluar darurat yang bebas hambatan, dan gudang peralatan dan gas-gas anesthesia diperiksa secara periodik.
c)      Prinsip asepsis ruangan
Antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha untuk agar dicapainya keadaan yang memungkinkan terdapatnya kuman-kuman pathogen dapat dikurangi atau ditiadakan, baik secara kimiawi, tindakan mekanis atau tindakan fisik. Termasuk dalam cakupan tindakan antisepsis adalah selain alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi, semua implantat, alat-alat yang dipakai personel operasi (sandal, celana, baju, masker, topi dan lain-lainnya) dan juga cara membersihkan/melakukan desinfeksi dari kulit atau tangan.

d)     Prinsip asepsis personel
Teknik persiapan personel sebelum operasi meliputi 3 tahap, yaitu : Scrubbing (cuci tangan steril), Gowning (teknik peggunaan gaun operasi), dan Gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril). Semua anggota tim operasi harus memahami konsep tersebut diatas untuk dapat memberikan penatalaksanaan operasi secara asepsis dan antisepsis sehingga menghilangkan atau meminimalkan angka kuman. Hal ini diperlukan untuk meghindarkan bahaya infeksi yang muncul akibat kontaminasi selama prosedur pembedahan (infeksi nosokomial).
Disamping sebagai cara pencegahan terhadap infeksi nosokomial, teknik-teknik tersebut juga digunakan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan terhadap bahaya yang didapatkan akibat prosedur tindakan. Bahaya yang dapat muncul diantranya penularan berbagai penyakit yang ditularkan melalui cairan tubuh pasien (darah, cairan peritoneum, dll) seperti HIV/AIDS, Hepatitis dll.
e)      Prinsip asepsis pasien.
Pasien yang akan menjalani pembedahan harus diasepsiskan. Maksudnya adalah dengan melakukan berbagai macam prosedur yang digunakan untuk membuat medan operasi steril. Prosedur-prosedur itu antara lain adalah kebersihan pasien, desinfeksi lapangan operasi dan tindakan drapping.
f)       Prinsip asepsis instrumen.
Instrumen bedah yang digunakan untuk pembedahan pasien harus benar-benar berada dalam keadaan steril. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah perawatan dan sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan alat pada saat pembedahan dengan menggunakan teknik tanpa singgung dan menjaga agar tidak bersinggungan dengan benda-benda non steril.
2.4  Protokol Keperawatan Intra Operatif
Hanya personel yang telah melakukan scrub dan memakai pakaian operasi yang tidak boleh menyentuh benda-benda tidak steril.
2.5 Peraturan Dasar Asepsis Bedah
a)      Umum
1.      Permukaan atau benda steril dapat bersentuhan dengan permukaan atau benda lain yang steril dan tetap steril; kontak dengan benda tidak steril pada beberapa titik membuat area streril terkontaminasi.
2.      Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau area, maka dianggap steril atau terkontaminasi.
3.      Apapun yang steril untuk satu pasien hanya dapat digunakan untuk pasien ini. Perlengkapan steril yang tidak digunakan harus dibuang atau disterilkan kembali jika akan digunakan kembali.
b)      Personal
1.      Personel yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personel scrub meninggalkan ruang operasi, status sterilnya hilang. Untuk kembali kepada pembedahan, orang ini harus mengikuti lagi prosedur scrub, pemakaian gown dan sarung tangan.
2.       Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub dianggap steril dari bagian depan pinggang sampai daerah bahu, lengan bawah dan sarung tangan (tangan harus berada di depan antara bahu dan garis pinggang.
3.       Suatu pelindung khusus yang menutupi gaun dipakai, yang memperluas area steril.
4.      Perawat instrumentasi dan semua personel yang tidak scrub tetap berada pada jarak aman untuk menghindari kontaminasi di area steril.


c)      Penutup atau Drapping.
1.      Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik di atas permukaan yang akan ditutup dan diposisikan dari depan ke belakang
2.      Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap steril penutup yang menggantung melewati pinggir meja adalah tidak steril
3.      Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan menggunakan penjepit atau perekat agar tidak berubah selama prosedur bedah
4.      Robekan atau bolongan akan memberikan akses ke permukaan yang tidak steril di bawahnya, menjadikan area ini tidak steril. Penutup yang demikian harus diganti.
d)     Pelayanan Peralatan Steril
1.      Pak peralatan dibungkus atau dikemas sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibuka tanpa resiko mengkontaminasi lainnya.
2.      Peralatan steril, termasuk larutan, disorongkan ke bidang steril atau diberikan ke orang yang berscrub sedemikian rupa sehingga kesterilan benda atau cairan tetap terjaga.
3.      Tepian pembungkus yang membungkus peralatan steril atau bagian bibir botol terluar yang mengandung larutan tidak dianggap steril
4.      Lengan tidak steril perawatan instrumentasi tidak boleh menjulur di atas area steril. Artikel steril akan dijatuhkan ke atas bidang steril, dengan jarak yang wajar dari pinggir area steril.
e)      Larutan
Larutan steril dituangkan dari tempat yang cukup tinggi untuk mencegah sentuhan yang tidak disengaja pada basin atau mangkuk wadah steril, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga menyebabkan cipratan (bila permukaan steril menjadi basah, maka dianggap terkontaminasi.

2.6  Aktivitas Keperawatan Secara Umum.
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu :
1.      Safety Management
2.      Monitoring fisiologis.
3.       Monitoring psikologis
4.      Pengaturan dan koordinasi Nursing Care Safety Management
Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah :
1.      Pengaturan posisi pasien.
Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada klien dan memudahkan pembedahan. Perawat perioperatif mengerti bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan perubahan-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan pada posisi tertentu. Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di ruang operasi adalah:
a.       Daerah operasi
b.       Usia
c.       Berat badan pasien
d.      Tipe anastesi
e.       Nyeri : normalnya nyeri dialami oleh pasien yang mengalami gangguan pergerakan, seperti artritis.
Posisi yang diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi, respirasi, tidak melakukan penekanan yang berlebihan pada kulit dan tidak menutupi daerah atau medan operasi.
Hal-hal yang dilakukan oleh perawat terkait dengan pengaturan posisi pasien meliputi :
1)      Kesejajaran fungsional
Maksudnya adalah memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula. Contoh
a.       Supine (dorsal recumbent) : hernia, laparotomy, laparotomy eksplorasi, appendiktomi, mastectomy atau pun reseksi usus.
b.      Pronasi : operasi pada daerah punggung dan spinal. Misal : Lamninectom
c.       Trendelenburg : dengan menempatkan bagian usus diatas abdomen, sering digunakan untuk operasi pada daerah abdomen bawah atau pelvis
d.      Lithotomy : posisi ini mengekspose area perineal dan rectal dan biasanya digunakan untuk operasi vagina. Dilatasi dan kuretase dan pembedahan rectal seperti : Hemmoiroidektomy
e.       Lateral : digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggu
2)      Pemajanan area pembedahan
Pemajanan daerah bedah maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah operasi dengan teknik drappin.
3)      Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
a.       Posisi pasien di meja operasi selama prosedur pembedahan harus dipertahankan sedemikian rupa. Hal ini selain untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi fisiologis dan mencegah terjadinya injury.
b.      Memasang alat grounding ke pasien.
c.       Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk menenagkan pasien selama operasi sehingga pasien kooperatif.
d.      Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap seperti : cairan infus, oksigen, jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.
4)      Monitoring Fisiologis
Pemantauan fisiologis yang dilakukan meliputi :
a.       Melakukan balance cairan, Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien. Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cairan yang masuk dan yang keluar (cek pada kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap imbalance cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan infus.
b.      Memantau kondisi cardiopulmonal, Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara kontinu untuk melihat apakah kondisi pasien normal atau tidak. Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dll.
c.       Pemantauan terhadap perubahan vital sign, Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan kondisi klien masih dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan intervensi secepatnya.
d.      Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar). Dukungan psikologis yang dilakukan antara lain :
                                                        i.            Memberikan dukungan emosional pada pasien
                                                      ii.            Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi
                                                    iii.            Mengkaji status emosional klien
                                              iv.            Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika ada perubahan)

5)      Pengaturan dan koordinasi Nursing Care.
Tindakan yang dilakukan antara lain :
a.       Memanagement keamanan fisik pasien
b.      Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis
2.7  Tim Operasi
Setelah kita tahu tentang aktivitas keperawatan yang dilakukan di kamar operasi, maka sekarang kita akan membahas anggota tim yang terlibat dalam operasi. Anggota tim operasi secara umum dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu anggota tim steril dan anggota tim non steril. Berikut adalah bagan anggota tim operasi :
1.      Steril :
a.       Ahli bedah
b.      Asisten bedah
c.       Perawat Instrumentator (Scub nurse)
2.      Non Steril
a.       Ahli anastesi
b.      Perawat anastesi
c.       Circulating nurse
d.      Teknisi (operator alat, ahli patologi dll.)
3.      Surgical Team, Perawat steril bertugas :
a.       Mempersiapkan pengadaan alat dan bahan yang diperlukan untuk operasi.
b.      Membatu ahli bedah dan asisten saat prosedur bedah berlangsung
c.       Membantu persiapan pelaksanaan alat yang dibutuhkan seperti jatrum, pisau bedah, kassa dan instrumen yang dibutuhkan untuk operasi.
4.      Perawat sirkuler bertugas :
a.       Mengkaji,merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi aktivitas keperawatan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien.
b.      Mempertahankan lingkungan yang aman dan nyaman
c.       Menyiapkan bantuan kepada tiap anggota tim menurut kebutuhan.
d.      Memelihara komunikasi antar anggota tim di ruang operasi.
e.       Membantu mengatasi masalah yang terjadi.
2.8   Evaluasi

1.      Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dari ruang operasi, sebagai contoh :
a)      Kondisi respiratori : bernafas dengan mudah (mandiri atau dibantu)
b)      Kondisi kulit : warna baik, tidak ada abrasi, luka bakar, memar
c)      Fungsi selang invasif : IV, drain, kateter, NGT, tidak ada kekakuan atau obstruksi, berfungsi secara normal.
d)     Letak bantalan grounding : kondisi baik
e)      Balutan : adekuat untuk drainage, terpasang dengan baik, tidak terlalu ketat.
2.      Ikut serta dalam mengidentifikasi praktik perawatan pasien yang tidak aman dan menanganinya dengan baik
3.      Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan, contoh : peralatan, kebersihan
4.      Melaporkan  dan mendokumentasikan segala perilaku dan masalah yang merugikan
5.      Menunjukkan pemahaman tentang prinsip asepsis dan praktik keperawatan teknis
6.      Mengenali tanggung gugat legal dari keperawatan perioperatif.   


BAB III
KESIMPULAN
Keperawatan Intraoperatif adalah Keperawatan yang dimulai ketika pasien masuk  ke bagian bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan (recovery room) setelah operasi selesai. Dalam fase ini lingkup aktivitas keperawatan adalah pemeliharaan keselamatan klien, pemantauan fisiologis, dan dukungan psikologis,  pada fase ini perawat juga melaksanakan fungsinya sebagai “scrubnurse” dan “sirkulatingnurse”.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar