pencarian

Powered By Blogger

PENGUNJUNG BLOG

Rabu, 26 Juni 2013

ASKEP GASTRITIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Gastritis atau yang umum dikenal dengan sebutan Maag adalah penyakit yang sering terjadi di masyarakat, namun begitu penyakit ini sering diremehkan dan disepelekan oleh penderitanya. Pada kenyataannya, penyakit gastritis tidak bisa diremehkan. Gastritis adalah penyakit pencernaan pada lambung yang dikarenakan oleh produksi asam lambung yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung. Penderitanya merasa akan merasa perutnya perih dan mulas di daerah sekitar ulu hati. Jika hal ini dibiarkan dan diabaikan berlarut-larut maka akan memicu erosi mukosa lambung. Dalam beberapa kasus gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung dan peningkatan kanker perut.
Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke 9 dari 50 peringkat utama pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh Indonesia  (yanmed DEPKES RI)
Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5-6 tahun terakhir dan menyerang laki-laki lebih banyak daripada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.  Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan sakit maag antara lain adalah riwayat keluarga yang menderita sakit maag, kurangnya daya mengatasi atau adaptasi yang buruk terhadap stres.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apakah definisi dari gastritis?
2.      Apakah etiologi dari gastritis?
3.      Bagaimana patofisiologi dari gastritis?
4.      Bagaiamana manifestasi klinis pada gastritis?
5.      Bagaimana penatalaksanaan pada gastritis?
6.      Apakah komplikasi pada gastritis?
7.      Bagaimana prognosis pada gastritis?
8.      Bagaimana asuhan keperawatan pada gastritis?


1.3 Tujuan
1.      Memahami definisi dari penyakit gastritis.
2.      Memahami etiologi dari gatritis.
3.      Memahami patofisiologi gastritis.
4.      Memahami manifestasi klinis pada gastritis.
5.      Memahami penatalaksanaa pada gastritis.
6.      Memahami komplikasi dari gastritis.                               
7.      Memahami Asuhan Keperawatan pada gastritis.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Definisi 
Gastritis (dyspepsia atau penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. Mekanisme kerusakan lambung diakibatkan oleh ketidakseimbangan factor-faktor pencernaan seperti asam lambung dan pepsin dengan produksi mucus bikarbonat aliran darah.
Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang apabila mekanisme protektif mukosa di penuhi dengan bakteri atau bahan iritasi lain (Reeves. Lockhart, 2001)
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difusi atau lokal (Silvia, 1995:251)
Gastritis terbagi 2 yaitu :
a.       Gastritis Akut
Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil.            ( Kapita Selekta Kedokteran I )
b.      Gastritis Kronik
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multifactor dengan perjalanan klinis yang bervariasi. Kelainan ini erat dengan Infeksi Helico Bakter Pylori.
( Kapita Selekta Kedokteran I )

2.2 Etiologi
Penyebab penyakit ini antara lain :
a.       Obat – obatan : Aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS)
b.      Alkohol
c.       Gejala mikrosirkulasi mukosa lambung : Trauma, luka baker, sepsis
Secara mikrosposis terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda. Jika ditemukan pada korpus dan fundus, biasanya disebabkan oleh stress. Jika disebabkan karena obat-obatan, AINS, terutama ditemukan di daerah antrum, namun dapat juga menyeluruh. Sedangkan secara mikroskopik, terhadap erosi dengan regenerasi epitek dan ditemukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal.

2.3 Manifestasi Klinik
         Sindrom dispepsian berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hemotemesis dan melena, kemudian disusun dengan tanda-tanda anemia pubca perdarahan. Biasanya jika dilakukan anamnesis lebih dalam terhadap riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.
         Pada Gastritis Kronis kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan hanya sebagian kecil mengeluh nyeri uluh, hati, anorexia, nousea, dan pada permukaan fisik tidak dijumpai kelainan.
2.4   Diagnosa banding

1.      Penyakit ulkus peptikum 
2.      GERD (Gastro-Esofageal Refluks Disease) 
3.      Gastroenteritis 
4.      Kanker lambung 
5.      Pankreatitis 
6.      Penyakit saluran empedu 
7.      Infark miokardium atau iskemia koronaria

2.5  Patofisiologi
         Terdapat gangguan keseimbangan faktor agresif dan faktor desensif yang berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa lambung
        


























 



























stres
 




Mikroskopis
 

Makroskopis
 



Erosi dengan regenerasi epitek
 









Text Box: Nutrisi < kebutuhan tubuh
 




















2.6  Komplikasi 
a)      Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
b)      Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B12, akibat kurang pencerapan, B12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.

2.7  Penatalaksanaan
1.      Mengurangi paparan obat-obat yang bersifat iritan. 
2.      Mengurangi produksi asam untuk melindungi mukosa lambung dengan antagonis H2, inhibitor pompa proton, dan atau sukralfat. 
3.      Gastritis H. Pylori simtomatik diterapi dengan terapi tripel selama 2 minggu (misalnya omeprazole, chlarithromyein, dan amoksilin, bismuth, metronidazole, dan ampisilin atau tetrasiklin). 
4.      Profilaksis antasid sebaiknya diberikan pada sebagian besar pasien yang sangat kritis. 
5.      Pedarahan berat pada kasus gastritis stres dapat diterapi melalui endoskopi,  pada kasus yang jarang, pedarahan yang refrakter kemungkinan memerlukan tindakan gastrektomi. 



2.8 Pemeriksaan penunjang
Menurut Inayah. I, 2004, Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada gastritis akut dan kronis adalah sama antara lain :
1.    Endoskopi
     Pemeriksaan bagian dalam sesuatu alat memakai endoskop
2.    Histopologi biopsi mukosa lambung
     Pengambilan jaringan dari penderita secara bedah untuk pemeriksaan mikroskopik
3.    Radiologi dengan konsep ganda
Ilmu tentang energi dan zat-zat radioaktif khususnya cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi radioaktif dalam diagnosis dan pengobatan penyakit
2.9  Kesimpulan
Gastritis (dyspepsia atau penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. Mekanisme kerusakan lambung diakibatkan oleh ketidakseimbangan factor-faktor pencernaan seperti asam lambung dan pepsin dengan produksi mucus bikarbonat aliran darah.
Gastritis terbagi 2 yaitu :
a.       Gastritis Akut
Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil.            Gastritis Kronik
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multifactor dengan perjalanan klinis yang bervariasi. Kelainan ini erat dengan Infeksi Helico Bakter Pylori.





ASUHAN KEPERAWATAN


A.                PENGKAJIAN
                   I.            ANAMNESA
a.       Identitas
a)      Nama
b)      Umur
c)      Jenis kelamin
d)     Suku atau bangsa
e)      Pekerjaan
f)       Pendidikan
g)      Alamat
h)      Tanggal masuk rumah sakit
i)        Diagnosa medis
b.      Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri di daerah epigastrium disertai mual dan muntah
c.       Riwayat penyakit sekarang
Klien nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah, perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena disertai anemia pasca perdarahan
d.      Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah masuk rumah sakit atau menderita penyakit yang sama sebelumnya.
e.       Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah pada anggota keluarga yang lain ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
f.       Pola-pola fungsi Kesehatan
1)      Pola Persepsi dan Tatalaksana Kesehatan
Bagaimana hubungan persepsi dan tatalaksana biasanya pada klien pada pasien dengan gastritis tatalaksana kesehatan biasanya sebagian dibantu baik oleh keluarga dan perawat.
2)      Pola Nutrisi dan Metabolisme
Apakah klien mengalami gangguan nutrisi dan metabolisme baik sebelum maupun setelah masuk rumah sakit. Pada pesien dengan gastrilis terjadi  gejala pemenuhan kebutuhan nutrisi karena adanya mual dan muntah.



3)      Pola Eliminasi
Apakah ada gejala pada eliminasi alfin maupun urin pada klien sebelum dan setelah masuk rumah sakit. Pada pasien dengan gastritis biasanya terjadi obstipasi.
4)      Pola Istirahat dan Tidur
Terjadi gangguan atau tidak pada pola istirahat dan tidur pasa klien sebelum dan setelah masuk rumah sakit. Pada klien dengan gastrilis biasanya terjadi 8 kali pada pola istirahat dan tidur karena adanya rasa nyeri pada epigastrium.
5)      Pola Aktivitas dan Latihan
Apakah terjadi gejala pada pola aktivitas dan latihan. Klien akibat penyakit yang dideritanya. Pada pasien dengan gastritis pada umumnya mengalami keterbatasan dalam aktivitas.
6)      Pola Sensori dan Kognitif
Apakah terhadap gejala pada panca indra klien dan kognitif klien sebelum dan setelah Masuk Rumah Sakit.
7)      Pola persepsi dan Konsep Diri
Apakah terjadi gejala pada konsep diri klien sebelum dan setelah Masuk Rumah Sakit dan bagaimana dengan persepsi klien tentang penyakit saat ini.
8)      Pola reproduksi sexsual
Apakah ada kelainan pada organ reproduksi sexsual klien baik bentuk maupun fungsinya baik sebelum Masuk Rumah Sakit dan setelah Masuk Rumah Sakit.
9)      Pola Hubungan dan Peran
Apakah terjadi penurunan interaksi /hubungan dengan orang lain akibat dari gejala sensorik, motorik maupun kognitifnya
10)  Pola Penanggulan Stres
Adakah rasa cemas akibat penyakit klien saat ini dan babaimana cara penanggulangannya klien terhadap rasa cemasnya.
11)  Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Bagaimana tentang kepercayaan yang dianut klien, tentang ibadahnya apakah terjadi gejala pada saat Masuk Rumah Sakit.



g.      Pemeriksaan Fisik
a)      Status Kesehatan Umum:
Pada klien gastritis keadaan penyakit bisa ringan, sedang sampai berat.
b)      Kepala
Pada klien grastitis tidak terjadi kelainan pada kepala.
c)      Muka
Pada klien gastritis pada umumnya terdapat Tics karena nyeri pada epigastrium.
d)     Mata
Pada klien dengan Gatritis tidak terdapat icterus maupun hiperemi pada mata.
e)      Abdomen
Adanya Hepatogemali atau tidak pada gastritis terdapat mual, muntah dan nyeri pada epigastrium disertai rasa kembung.

II.          DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri epigastrium) berhubungan dengan adanya lesi pada mukosa lambung.
2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang berlebihan (muntah)
3.      Gejala psikologis (cemas) berhubungan dengan ketidaktahuan tentang penyakitnya (hematemesis melena)
4.      Nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah dan intake makanan yang kurang.

III.       PERENCANAAN
Diagnosa keperawatan 1     
Tujuan : Nyeri dapat berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
1.      Nadi normal (TTV dalam batas normal)
2.      Klien tidak lagi menyeringai sakit
3.      Klien tidak lagi memegangi daerah yang nyeri
4.      Skala nyeri 0
Rencana Tindakan :
1.      Mengobservasi status nyeri klien (lokasi dan skala)
R : mengetahui lokasi dan derajat nyeri Klien

2.      Memberi penjelasan pada klien tentang sebab-sebab nyeri
R : agar klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya
3.      Observasi tanda-tanda vital klien
R : monitoring keadaan klien
4.      mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam pada klien
R : untuk membantu mengurangi nyeri
5.      Berikan kompres air hangat pada epigastrium
R : untuk vasodilatasi dan mengurangi spasme otot
6.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anolgesik dan anti inflamasi
R : obat analgesik untuk mengatasi nyeri dan anti inflamasi untuk   mengatasi lesi.

Diagnosa keperawatan 2     
Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi
Kriteria Hasil :
1.      TTV dalam batas normal.
    1. Mukosa bibir lembab
    2. Mata tidak cowong
    3. Turgor baik
    4. Produksi urin 1 cc/kg BB/jam
Rencana Tindakan :
1.      Jelaskan pada klien tentang akibat dari kurang cairan dan elektrolit.
R : Klien mengerti dan Kooperative dengan perawat
2.      Lakukan observasi TVV Klien.
R : deteksi terus menerus keadaan pasien.
3.      Lakukan observasi tanda-tanda dehidrasi
R : mengetahui derajat dehidrasi klien
4.      Lakukan observasi intake dan out put
R : menghindari defisit dan overload
5.      Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus
R : membantu menambah intake cairan


Diagnosa keperawatan 3     
Tujuan : Cemas berkurang atau  hilang
Kriteria Hasil :
1.      Klien tampak tenang dan tidak lagi gelisah
2.      Ungkapan klien tentang berkurangnya kecemasan
3.      Kooperative dengan petugas
Rencana Tindakan :
1.      Kaji tentang penyebab kecemasan klien
R : mengetahui faktor penyebab agar mendapat intruksi yang sesuai
2.      Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
R : agar klien tahu dan mengerti sehingga dapat mengurangi kekhawatiran terhadap tindakan yang diberikan
3.      Beri penjelasan dan informasi yang adekuat terhadap klien tentang penyakitnya
R : agar klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya
4.      Beri kesempatan klien untuk bertanya dan mengungkapkan perasaannya
R :  membantu mengurangi kecemasan klien
5.      Atur waktu agar klien dapat berkonsultasi dengan dokter bila diinginkan
R : memperoleh penjelasan yang lebih dalam tentang keadaan pasien.

Diagnosa keperawatan 4
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :   
1.      Berat badan dan tinggi badan ideal.
2.                  Pasien tidak mual dan muntah
3.      Pasien tidak tampak lemas
Rencana tindakan :
1.      Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
R : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien  sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2.      Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.
R : Untuk menambah nafsu makan.
3.      Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
R : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).

4.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit penyakit gastritis
R : untuk mengetahui makanan yang tepat untuk penyakit gastritis.
5.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antasida
R : obat antasida dapat mengurangi produksi asam lambung

IV.       EVALUASI
Evaluasi juga merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan.

  
   
 DAFTAR PUSTAKA

1.      Carpenito Kep, Lynda Juah 1995, DIAGNOSA KEPERAWATAN, edisi 6, Jakarta : EGC.
  1. Nasrul Efendi,1995, PENGANTAR PROSES KEPERAWATAN, Jakarta : EGC.
  2. Mansjoer Arif, 2000. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta : Media Aesculapius.
  3. Doenges, E. Marillyn.1999. Rencana Asuhan Keperawatan,Alih bahasa: I made kariasi edisi 3, Penerbit EGC, Jakarta.
  4. Hadi, Sujono, 1999, Gastroentrologi, Penerbit Alumni, Jakarta.
  5. Price, Sylvia A. Wilson, L. M. 1994, Patofisiologi Konsep Proses Penyakit, edisi 4, Alih



Tidak ada komentar:

Posting Komentar