pencarian

Powered By Blogger

PENGUNJUNG BLOG

Rabu, 26 Juni 2013

ASKEP KONJUNGTIVITIS.



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar  Belakang
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai kondisi diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada system organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, local akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen antibody. Inflamasi dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung lebih dari setengah kelainan mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi pada mata orang dewasa meliputi :
1.      Radang atau inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, koroid, badan ciriary dan iris.
2.       Katarak, kekeruhan lensa.
3.      Glaucoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP).
4.      Retina robek atau lepas.

Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata atau mata merah hanya penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit radang mata tidak segera ditangani atau diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata atau gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi seperti glaucoma, katarak, maupun ablasi retina.
1.2   Rumusan Masalah    
1.      Apa Pengertian dari Konjungtivitis?
2.      Apa Etiologi dari Konjungtivitis?
3.      Bagaimanakah patofisiologis pada Konjungtivitis?
4.      Apa saja manifestasi klinis dari Konjungtivitis?
5.      Apa saja klasifikiasi dari Konjungtivitis?
6.      Apakah pemeriksaan penunjang dari Konjungtivitis?
7.      Bagaimna penatalaksanaanya?
8.      Bagaimana komplikai Konjungtivitis?
9.      Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Konjungtivitis?

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1   Pengertian
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva, merupakan penyakit mata paling umum di dunia, bervariasi dari hiperemia ringan dengan berair mata sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental ( Vaughan, Daniel ; 2000)
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink eye. (Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001).

2.2  Etiologi
1.      Bakteri patogen
Stafilokokus, streptokokus, corynebacterium diphteriae, pseudomonas aeruginosa, Neiseria gonorhoea, dan Haemophilus influenzae
2.      Virus
Adenovirus, Herpes Simplek, Herpes Zoster, Klamidia, New Castle, Pikorna, Enterovirus
3.      Reaksi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat atau reaksi antibodi humoral terhadap alergen
4.      Berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal

2.3  Fisiologi
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak dan dengan epitel kornea di limbus, melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.



2.4  Patofisiologi
Infeksi bakteri, virus, jamur

Radang konjungtiva (konjungtivitis)


 
Rasa tidak enak                            Kotoran purulen                             Lakrimasi
(ngeres)
                                                                                                           Kemerahan
Kelopak bengkak
Nyeri
 
                                                                                                              
Fotofobia

Risiko tinggi cedera
 
    Kemunduran visus             

Penurunan ketajaman penglihatan

Gangguan penerimaan sensori perceptual
 
Intoleransi aktivitas
 
                                                      

                                                  

Keterangan :
Infeksi bakteri, virus, jamur, alergi dan sebagainya dapat menyebabkan radang pada konjungtiva (konjungtivitis) sehingga akan menimbulkan rasa tidak enak (ngeres) pada mata. Kotoran seperti air yang mukopurulenta dan mata akan mengeluarkan air mata (lakrimasi).
Hal ini menyebabkan kelopak mata menjadi bengkak dan kemerahan sehingga timbul rasa nyeri. Di samping itu terjadi fotofobia oleh karena kemunduran visus akan terjadi penurunan ketajaman penglihatan sehingga akan berakibat ansietas pada penderita, gangguan dalam penerimaan sensori perseptual serta penderita akan mengalami intoleransi aktivitas








2.5  Klasifikasi
1.      Konjungtivitis Alergi
a.       Adalah suatu konjungtivitis yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap setiap bahan yang dapat bersifat alergen (debu, tepung, obat, dan lain-lain)
b.      Konjungtivitis alergi dapat timbul sebagai akibat reaksi terhadap alergen yang lokal maupun sistemik.
c.       Konjungtivitis Adenovirus
Adalah suatu konjungtivitis yang disebabkan oleh adenovirus jenis tertentu. Misal : Keratokonjungtivitis epidemi, demam faringokonjungtiva
2.      Konjungtivitis angular
a.       Adalah suatu radang konjungtiva yang mengenai konjungtiva bulbi di fisura palpebra pada kantus internus dan eksternus
b.      Disebabkan oleh Moraxella (diplobasi), mungkin juga disebabkan oleh stafilokokus
3.      Konjungtivitis Atopi
Adalah suatu peradangan konjungtiva yang dapat ditemukan pada orang-orang yang mempunyai stigma atopi seperti dermatitis atopi dan asma bronkial
5.      Konjungtivitis Difteri
Adalah radang konjungtiva yang disebabkan Korinebakteium difteri dan disertai gambaran khas berupa pembentukan membran pada konjungtiva tarsal
6.      Konjungtivitis Folikular
Adalah peradangan konjungtiva yang disertai pembentukan folikel
7.      Konjungtivitis Gonore
Adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan sekret purulen yang disebabkan oleh kuman Neiseria Gonorhoea
8.      Konjungtivitis Katarak
Adalah infeksi konjugtiva dengan gejala khas berupa peradangan katarak pada membran mukosa konjungtiva
9.      Konjungtivitis Digneus
Adalah peradangan konjungtiva yang menahun, sering berulang-ulang

2.6  Manifestasi Klinis
1.      Hiperemi konjungtiva bulbi ( infeksi konjungtiva )
2.      Lakrimasi
3.      Eksudat
4.      Pseudoptosis akibat kelopak membengkak
5.      Kemosisi, hipertrofi papil, folikel, membran psedomembran, granulasi fikteri
6.      Mata seperti adanya
7.      Adenopati pseurikular
8.      Pada konjungtivitis virus berupa terbentuknya

2.7  Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan sediaan langsung dengna pewarnaan gram atau Giemsa
2.      Kultur virus
3.      Sel inklusi intranuklear

2.8  Penatalaksanaan
1.      Tetes mata antibiotika siang hari, malam, salep
2.      Penggunaan handuk sendiri-sendiri
3.      Menggunakan tissue bukan sapu tangan dan dibuang setelah pemakaian satu kali
4.      Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak di kelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin
5.      Fotofobia dapat diatasi dengan memakai kaca mata gelap
6.      Pemakaian topeng seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan, karena akan memberikan lingkungan yang baik untuk perbanyakan mikroorganisme
















ASUHAN KEPERAWATAN
A.                Pengkajian
a.      Anamnesa
1.      Tanyakan adanya riwayat penyakit mata, pembedahan atau trauma mata
2.      Tanyakan penggunaan obat tetes, jenis, jumlah, frekuensi dan lama penggunaan
3.      Tanyakan  adanya kotoran mata, nyeri pada daerah mata, nyeri kepala
4.      Tanyakan adanya riwayat konjungtivitis sebelumnya, sifatnya, ada hubungan dengan alergi, musim atau cuaca
b.     Pemeriksaan Fisik
1.      Aktivitas atau istirahat
Gejala : perubahan aktivitas biasanya atau hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2.      Makanan atau cairan
Gejala : anoreksia
3.      Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur atau tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
Penglihatan perifer, fotofobia
Tanda    : Konjungtiva dan sklera merah
                Peningkatan air mata
4.      Nyeri atau kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan atau mata berair
Nyri tiba-tiba atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
Rasa tidak enak atau ngeres



B.                 Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa keperawatan :
1)      Nyeri ( akut atau kronis ) berhubungan dengan peradangan pada konjungtiva.
2)      Gangguan sensori perseptual penglihatan berhubungan dengan kemunduran visus dan penurunan ketajaman penglihatan serta adanya proses peradangan, adanya secret atau purulen  pada kornea
3)      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kemunduran visus dan penurunan ketajaman penglihatan
4)      Resiko tinggi cidera atau trauma berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan.

Rencana Asuhanan keperawatan :
Diagnosa keperawatan 1
Nyeri ( akut atau kronis ) berhubungan dengan peradangan pada konjungtiva.
Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
1.      Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
2.      Klien tidak menyeringai kesakitan
Intervensi :
1)      Kaji tingkat nyeri klien
R : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
2)      Menjelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
R : Dengan menjelaskan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
3)      Observasi adanya tanda-tanda ketidaknyamanan non verbal misalnya : eksprsi wajah, posisi tubuh gelisah, meringis
R : Merupakan indikator atau derajat nyeri yang tidak langsung dialami
4)      Anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang
R : Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi ketidaknyamanan
5)      Berikan kompres dingin jika memungkinkan
R : Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi





Diagnosa keperawatan 2
Gangguan sensori perseptual penglihatan berhubungan dengan kemunduran visus dan penurunan ketajaman penglihatan serta adanya proses peradangan, adanya secret atau purulen  pada kornea
Tujuan : Sensori perseptual penglihatan kembali adekuat
Kriteria Hasil :
1.      Klien menyatakan adanya penurunan gejala kelebihan beban sensori
2.      Klien mampu menghilangkan faktor-faktor risiko
Intervensi :
a.       Tentukan ketajaman penglihatan
R : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi
b.      Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala lebih lanjut (disorientasi)
R : terbangun dalam lingkungan yang tidak adekuat dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung
c.       Perhatikan pada suram atau penglihatan kabur dan iritasi
R : Gangguan penglihatan atau iritasi dapat terjadi secara bertahap
d.      Anjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata untuk membatu mengurangi silau pada mata
R : Membantu mengurangi ketidaknyamanan pada fobia
e.       Kolaborasi dengan dokter dalam pilihan intervensi medis
R : Membantu masalah dengan tindakan medis

Diagnosa keperawatan 3
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kemunduran visus dan penurunan ketajaman penglihatan
Tujuan : Klien dapat beraktivitas secara adekuat
Kriteria hasil :
1.      Klien dapat menunjukkan perilaku yang meningkatkan aktivitas
2.      Klien melaporkan tidak adanya fakta-fakta yang memperberat aktivitas
3.      Klien mengalami kemajuan aktivitas
Intervensi :
1.      Tentukan tingkat ansietas sekarang atau keadaan fisik
R : Memberikan informasi untuk mengembangkan perencanaan perawatan bagi program rehabilitasi
2.      Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri sesuai dengan kemampuan maksimal
R : Meningkatkan kemandirian dan rasa kontrol diri
3.      Menganjurkan klien mengatur periode istirahat konsisten di antara aktivitas
R : Menurunkan kelelahan dan kelemahan otot mata yang berlebihan
4.      Anjurkan klien meningkatkan manajemen stres, teknik relaksasi
R : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping

Diagnosa keperawatan 4
Resiko tinggi cidera atau trauma berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
Tujuan : Tidak terjadi cedera atau trauma
Kriteria hasil :
1.      Klien menyatakan tidak adanya faktor-faktor potensial yang berbahaya
2.      Klien melaporkan kegiatan kegiatan yang aman di rumah
Intervensi :
1.      Batasi aktivitas yang berlebihan
R : meminimalkan cedera
2.      Pertahankan keamanan lingkungan
R : Mencegah terjadinya risiko cedera
3.      Berikan posisi nyaman pada pasien
R : Kenyamanan tersebut akan membuat pasien lebih aman untuk beraktivitas
4.      Anjurkan klien untuk memodifikasi lingkungan
R : Menghindari terjadinya kecelakaan atau trauma

C.                Evaluasi
1.      Nyeri klien berkurang atau hilang
2.      Ketajaman penglihatan klien kembali seperti sebelum sakit
3.      Lingkungan pasien aman terhindar dari risiko trauma
4.      Klien melakukan aktivitas secara adekuat







DAFTAR PUSTAKA

1.      Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit mata. Cetakan V. Jakarta.
2.      Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab / UPF Ilmu Penyakit Mata. RSU Sutomo. 1994. Surabaya.
3.      Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit: EGC, Jakarta.
4.      Darling, Vera. 1996. Perawatan Mata Edisi I Cetakan I. Yayasan Esentia Medika. Yogyakarta.
5.      Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC Jakarta.
6.      Ilyas, Sidarta. 2003. Ilmu Penyakit Mata Cetakan 3. FKUI. Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar