BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Darurat
Lingkungan didefinisikan sebagai "bencana onset mendadak atau kecelakaan
akibat alam, teknologi atau faktor yang disebabkan manusia, atau kombinasi dari
ini, yang menyebabkan atau mengancam untuk menyebabkan kerusakan lingkungan
yang parah serta hilangnya nyawa manusia dan properti." (UNEP / GC.22 /
INF / 5, 13 November 2002).
Setelah
bencana atau konflik, keadaan darurat lingkungan dapat terjadi jika kesehatan
dan mata pencaharian masyarakat beresiko karena pelepasan bahan berbahaya dan
beracun, atau karena kerusakan yang signifikan pada ekosistem. Contohnya
termasuk kebakaran, tumpahan minyak, kecelakaan kimia, racun-limbah pembuangan
dan polusi air tanah.
Risiko
lingkungan dapat akut dan mengancam jiwa. Menurut Database Bencana
Internasional (EM-DAT), antara tahun 2003 sampai 2013, ada 380 kecelakaan
industri dilaporkan, mempengaruhi 207.668 orang dan mengakibatkan lebih dari US
$ 22 juta kerugian. Perubahan iklim memiliki efek belum pernah terjadi
sebelumnya pada terjadinya bencana alam dan risiko yang terkait keadaan darurat
lingkungan. Dengan perubahan iklim sudah peregangan sistem penanggulangan
bencana, kejadian darurat terkait iklim di masa depan akan menghasilkan
peningkatan dan tuntutan lebih mahal untuk bantuan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kejadian gawat darurat dapat diartikan
sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan pertolongan segera karena apabila
tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau
menimbulkan kecacatan permanen. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi di
masyarakat antara lain keadaan seseorang yang mengalami henti napas, henti
jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan, cedera, misalnya patah tulang, kasus
stroke, kejang, keracunan, dan korban bencana. Unsur penyebab kejadian gawat
darurat antara lain karena terjadinya kecelakaan lalu lintas, penyakit,
kebakaran maupun bencana alam. Kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu
lintas merupakan penyebab kematian utama d daerah perkotaan ( Media Aeculapius,
2007 ).
Menurut American Hospital Association
(AHA) dalam Herkutanto (2007), keadaan gawat darurat adalah suatu
kondisi dimana berdasarkan respon dari pasien, keluarga pasien, atau siapa pun
yang berpendapat pentingnya membawa pasien ke rumah sakit untuk diberi
perhatian atau tindakan medis dengan segera. Kondisi yang demikian berlanjut
hingga adanya keputusan yang dibuat oleh pelayanan kesehatan yang profesional
bahwa pasien berada dalam kondisi yang baik dan tidak dalam kondisi mengancam jiwa.
Penderita gawat darurat adalah penderita yang oleh karena suatu penyebab
(penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestesi) yang bila tidak segera
ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal (Sudjito,
2007).
Environmental Emergency merupakan
Darurat Lingkungan didefinisikan sebagai "bencana onset mendadak atau
kecelakaan akibat alam, teknologi atau faktor yang disebabkan manusia, atau
kombinasi dari ini, yang menyebabkan atau mengancam untuk menyebabkan kerusakan
lingkungan yang parah serta hilangnya nyawa manusia dan properti atau harta
benda." (UNEP / GC.22 / INF / 5, 13 November 2002).
2.2 Kejadian yang Termasuk dalam
Environmental Emergency.
2.2.1 Gawat Darurat Korban Kebakaran
Luka bakar adalah luka yang
disebabkan oleh kontak mata dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik,
bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu renadah (frost bite).
Luka bakar adalah hilang atau rusaknya
sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam ataau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Luka
bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung pada jaringan
kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam, yang di sebabkan
kontak langsung denagn sumber panas yaitu api, air/ uap panas, bahan kimia,
radiasi, arus listrik, dan suhu sanagt dingin.
A.
Kedalaman luka bakar
1.
Derajat I (luka bakar superfisial)
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar
dengan derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanay akan sembuh tanpa
jaringan parut dalam waktu 5-7 hari
2.
Derajat II (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tapi masih
ada elemen epitel yang tersisa seperti sel epitel basal, klenjar sebasea,
kelenjar keringat, folikel rambut, sehingga luka akan sembuh dengan waktu 10-21
hari.
Luka bakar
derajat II dibedakan menjadi :
a)
Derajat II dangkal, dimana kerusakan mengenai bagian
superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10
hari.
b)
Derajat II dalam, dimana keruskan mengenai hampir seluruh
baggian dermis. Bila kerusakn lebih dalam mengenai dermis subyektif dirasakan
nyeri. Penyembuhan yang terjadi lebih lama tergantung pada bagian yang memiliki
kemampuan reproduksi.
3.
Derajat III
Luka bakar meliputi seluruh kedalaman kuli, mungkin
subkulit, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena itu tidak ada lgi epitel
yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit.
Koagulasi protein yang terjadi berwarna
puith, tidak ada bula, dan tidak ada nyeri.
B.
Klasifikasi luka bakar :
1.
Luka bakar berat atau kritis
bila :
a.
Derajat dua denagn luas lebih dari 25 %
b.
Derajat tiga dengan luas lebih dari 10% atau terdapat di
muka, kaki dan tangan
c.
Luka bakar disertai dengan trauma jalan nafas atau
jaringan lunak luas atau fraktur
d.
Luka bakar karena lisrik
2.
Sedang bila :
a.
Derajat dua dengan luas 15-25 %
b.
Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 %kecuali muka, kaki, dan
tangan.
3.
Ringan bila :
a.
Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 %
b.
Derajat tiga kurang dari 2%
C. Bila seseorang mengalami luka bakar:
1. Hentikan
penyebabnya, misalkan padamkan api.
2. Periksa
jalan napas dan pernapasan.
3. Singkirkan
benda-benda yang ikut panas (pakaian, cincin, arloji, perhiasan).
4. Bagi
korban yang tidak sadar lakukan perawatan, atasi pendarahan, dinginkan luka
dengan air biasa atau mencucinya di bawah air yang mengalir.
5. Cari
bantuan medis. Apabila bantuan lama datangnya, tutupi luka yang sudah dingin
dengan kasa atau kain yang lembab. Jangan pakai kapas atau kain yang berbulu.
Jangan melepaskan kain yang melekat pada luka bakar gunting di sekelilingnya.
6. Jika
memungkinkan, sambil menunggu bantuan medis tinggikan bagian yang terluka atau
pindahkan korban ke tempat perawatan.
7. Kalau
orang ini sadar dan meminta, berikan minum.
8. Catatan
penting : janagan sembarang mengoleskan salep atau krim karena panas akan
tertahan di dalam tubuh dan mempersulit pemeriksaan. Jangan memecahkan
gelembung yang terjadi.
D. Pertolongan pertama pada luka bakar
a. Untuk luka bakar ringan
1. Aliri
dengan air biasa selama 10 menit atau kalau tidak ada air tutupi dengan kompres
lembab.
2. Tutupi
luka dengan perban atau kain bersih yang tidak lengket. Pastikan perban atau
kain menutupi daerah kulit yang terbakar. Bisa juga pakai daun pisang muda yang
masih tergulung untuk membalut luka bakar. Untuk meredakan rasa sakit bisa
digunakan lendir tanaman lidah buaya.
3. Jangan
pakai mentega, pasta gigi dan bahan yang berlemak dan jangan memecah gelembung
yang terjadi pada luka.
b. Untuk luka bakar parah
1. Jika
pakaian korban terbakar, padamkan api dengan selimut, handuk, seprai yang
tebal,dsb. Bekap supaya api tidak mendapat udara. Balutkan sampai api padam.
2. Lepaskan
pelan-pelan pakaian yang menempel, biarkan sobekan yang sulit dikelupas melekat
pada luka. Jika mungkin, serahkan kepada ahli yang ada karena mereka tahu cara
melepaskan dengan baik.
3. Kalau
tidak bisa langsung dibawa ke rumah sakit, rawat korban dari syok.
4. Apabila
korban sadar dan meminta minum, beri minum air hangat. Air membantu
menggantikan cairan yang hilang.
2.2.2 Gawat Darurat Akibat Suhu Tinggi
Temperatur yang tinggi
dapat mengakibatkan luka bakar dapat memberikan akibat secara fisik yang
serius. Melaksanakan pekerjaan yang keras dalam ruangan yang
lembab dan panas, maka bisa terjadi gangguan pada pengaturan suhu tubuh. Dalam
situasi normal suhu tubuh diatur melalui penegluaran keringat badan kita.
Melalui penguapan keringat ini, badan mengalami penurunan suhu. Jika tidak
keluar keringat, atau keringat tidak dapat menguap, karena udara dengan
kelembaban yang tinggi ataupun karena berpakaian tebal, maka akn terjadi gangguan
dalam pengaturan suhu tubuh kita. Dalam hal inbi dikatakan "terperangkap
panas" (penimbunan panas badan).
tanda-tanda seseorang kepanasan adalah :
1. kulit panas , kering dan merah
2. korban merasa mual
3. korban merasa kacau, mengantuk, dan akhirnay pinsan
Pertolongan pada gangguan suhu
panas :
Pertolongan pertama ditujukan pada usaha-usaha untuk
secepatnya menormalkan kembali suhu tubuh. Untuk dapat mencapai ini perlu
untuk membawa koraban ke tempat yang lebih sejuk dan melepaskan pakaian-pakaian
yang mengisolasi badannya. Selanjutnya kita
dinginkan badannya dengan air dingin. Jika korban tidak pinsan, kita dapat
memakai cairan pendingin (seperti air dengan batu-batu es). Seorang pasien yang
pinsan harus dibaringkan miring, dimana kita harus mempertahankan kepatenan
jalan napasnya. Selanjutnya korban harus cepat-cepat dibawa kerumah sakit.
2.2.3 Gawat Darurat akibat dari suhu rendah
Cara pendinginan
yang terlalu kuat dapat berakibat bahwa seseorang justru mengalami kedinginan.
Pendinginan yang terlalu kuat dapat terjadi karena cara berpakaian yang kurang
memadai terhadap udara dingin, atau karena kurang gerak badan, karena pemakaian
alkohol, atau karena terlalu lama berada diair yang dingin (ini salah
satu alsan mengapa luka bakar luas, pendinginan tidak boleh lebih dari 10
menit).
Jika seseorang terjebak cuaca
dingin, maka tanda-tanda berikut akan terlihat :
1.
kulit pucat dan dingin
2.
korban bergetar
dan merasa dirinya sangat lemah
3.
korban merasa
terjadi keadaan kaku menyalimuti anggota-anggota badannya
4.
Korban menjadi
mengantuk, ingin tidur dan dapat terjadi pinsan, dalam situasi yang demikian
ini ada bahaya jantung
berhenti.
Pertolongan pertama menghadapi kedinginan:
pertolongan pertama adalah
untuk menghindari terjadi pendinginan yang lebih lanjut. Untuk alasan ini,
korban harus dibungkus dengan selimut. Dan selanjutnya korban harus cepat-cepat
diangkut kerumah sakit. Pada keadaan korban pinsan, kita harus menempatkan
korban dalam posisi miring stabil, dan harus mempertahankan saluran pernafasan
tetap dalam keadaan bebas.
2.2.4 Gawat Darurat Akibat
Tersengat Listrik.
Sengatan listrik (electrocution,
electrical shock) terjadi jika tubuh kita dialiri arus listrik, dan itu terjadi
jika tubuh kita menjadi penghubung antara dua titik yang memiliki beda
potensial listrik (dinyatakan dengan Volt). Misalnya tangan kita memegang dua
kabel beda fasa, atau kabel fasa dan kabel netral, atau salah satu tangan
memegang kabel fasa sementara kaki telanjang kita menginjak tanah atau lantai.
Saat itulah arus listrik mengalir dari kabel ke kabel atau dari kabel ke tanah
melewati tubuh kita dan kita pun merasakan apa yang sering kita sebut sebagai
"kesetrum".
Kesetrum atau dalam bahasa ilmiah
disebut sengatan listrik (electric shock) adalah sebuah fenomena dalam
kehidupan. Secara sederhana kesetrum dapat dikatakan sebagai suatu proses terjadinya
arus listrik dari luar ke tubuh. Sengatan listrik dapat terjadi karena
kontak dari tubuh manusia dengan sumber tegangan yang
cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan arus melalui otot atau
rambut. Ketika tersengat lsitrik, terdapat beda potensial (arus dari potensial
tinggi ke rendah) sehingga muncul tegangan listrik antara tubuh dan
lingkungan kita.
Seperti yang diketahui, bahwa bumi atau
tanah memiliki potensial yang rendah. Hal ini akan menyebabkan
listrik akan selalu mencoba mengalir ke bumi dari sumber tegangan melalui
konektor. Maka dalam kasus kesetrum, manusia berlaku sebagai konektor atau
konduktor karena pada tubuh manusia komponen air lah yang paling
besar presentasenya. Semakin basah atau lembab kulit manusia maka hambatan
listrik kulit makin kecil sehingga akan makin mudah terjadi setrum sehingga
arus listrik makin mudah mengalir.
Arus listrik menimbulkan gangguan karena
rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi panas yang timbul akibat
tahanan jaringan yang dilalui dapat menyebabkan luka bakar. Luka bakar ini
timbul dapat akibat dari bunga api listrik yang suhunya dapat
mencapai 2.500 derajat celcius. Tegangan lebih dari
500 volt merupakan risiko tinggi terhadap keselamatan jiwa. Arus
bolak-balik menimbulkan rangsangan otot berupa kejang-kejang. Bila arus
tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar 60 milliamper saja sudah cukup untuk
menimbulkan gangguan jantung (fibrilasi ventrikel). Bila kawat berarus listrik
terpegang oleh tangan, maka pegangan akan sulit dilepaskan karena arus listrik
tersebut menimbulkan kontraksi dari otot-otot jari tangan. Otot fleksor atau
otot menggenggam jari lebih kuat dari otot ekstensor. Jika arus listrik
tegangan tinggi mengenai dada akan menyebabkan gangguan pernafasan. Bila
mengenai kepala, dapat menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada tegangan rendah,
arus searah tidak berbahaya dibandingkan dengan arus bolak-balik.
Kelancaran arus masuk ke tubuh
tergantung juga basah atau keringnya kulit yang kontak dengan arus listrik.
Bila kulit basah atau lembab, arus listrik akan mudah masuk ke dalam tubuh.
Pada tempat masuknya arus listrik, akan tampak luka masuk yang berupa luka
bakar sedangkan pada tempat luka keluar akan terkesan loncatan arus keluar.
Arus keluar biasanya sulit ditemukan. Panas yang timbul yang mengenai pembuluh
darah akan dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin lama dapat
menyebabkan kematian jaringan.
Kadang luka bakar yang tampak dari luar
tampak ringan tetapi kerusakan jaringan yang lebih dalam luas dan berat.
Kerusakan otot yang berat dapat terlihat pada kencing yang berwarna gelap
karena bercampur dengan mioglobin yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Akibat dari sengatan listrik bisa
bermacam-macam. Mulai dari sekedar terkejut, membuat luka bakar ditubuh Anda,
atau yang tergolong fatal berupa kematian. Sengatan listrik dapat membuat
jantung berhenti berdenyut, otot berkontraksi (mengerut), pernafasan berhenti
karena pusat saraf yang mengatur pernafasan menjadi lumpuh.
Jika ada orang yang tersengat listrik,
segera hubungi pertolongan medis jika tanda-tanda atau gejala-gejala di bawah
ini tampak pada korban:serangan jantung, masalah pada irama jantung
(arrhythmias), kegagalan bernafas, sakit dan kontraksi pada otot, epilepsi/ayan,
kesemutan dan rasa geli, tidak sadar/pingsan
Penatalaksanaan jika
tersengat listrik:
1. Penatalaksanaan
awal sebelum penderita ditangani adalah tentunya memutuskan sumber arus
listriknya.
2. Setelah
itu, segera pindahkan korban ke tempat aman serta bersirkulasi udara lancar.
Baringkan korban lalu evaluasi kesadaran penderita apakah sadar atau tidak,
serta periksa denyut nadi dan pernapasannya. Berikan bantuan pernapasan buatan jika
dibutuhkan seperti pingsan. Bila korban mengalami muntah, upayakan untuk
dikeluarkan. Agar lubang tenggorokannya tidak tertutup, tarik rahangnya ke
depan.
3. Lihat
fungsi jantung, jika tidak ada denyut jantung maka lakukan RJP sesegera mungkin
untuk menolong korban.
4. Untuk
pembuatan nafas buatan ada tekniknya. Pertama, telentangkan korban, lalu tekuk
kepalanya ke belakang. Kemudian, anda buka mulut, tarik napas kuat-kuat, baru
tutup mulut. Kemudian tiupkan udara ke mulut korban sekuat-kuatnya sampai
rongga paru-paru terangkat. Ketika melakukannya, jangan lupa tekan hidung
korban supaya udara yang anda tiupkan tidak keluar. Sebisa mungkin, segera
lakukan pernapasan buatan ketika korban tersengat. Tiga sampai empat kali
pernapasan buatan awalan akan sangat membantu korban.
5. Jika
korban adalah anak kecil, dibutuhkan lebih banyak lagi pernapasan buatan,
sampai 20 kali dalam semenit.
6. Untuk
pernapasan buatan, mungkin karena pertimbangan tertentu, bisa tidak dilakukan
lewat mulut. Pembuatan nafas buatan boleh disalurkan lewat hidung korban. Kalau
setelah dilakukan pernapasan buatan, ternyata paru-paru juga tidak mengembang,
periksa mulut, hidung, dan kerongkongan. Mungkin ada sesuatu yang menghambat
aliran udara untuk masuk. Serta setelah diberikan pertolongan pertama, segera
bawa untuk mendapat pertolongan medis lebih lanjut.
7. Tutupi
titik luka bakar jika ada terjadi luka pada tubuh korban. Gunakan kain, perban
atau benda apapun yang bersifat tidak mengantarkan panas
8.
Dalam memberikan
bantuan pada seseorang yang terkena listrik, penolong
harus menjamin bahwa diinya terisolasi, jika ini bukan demikian, maka ia
sendiri akan mengalami syok.
2.2.5 Gawat Darurat Akibat Tersambar Petir
Ketika seseorang tersambar petir, perlu untuk
mendapatkan bantuan darurat medis sesegera mungkin. Jika lebih dari satu orang
yang tersambar petir, pertama, lakukan tindakan kepada korban yang masih sadar.
Karena seseorang yang tersambar petir kemungkinan besar akan meninggal, tanpa
denyut nadi atau tidak bernapas.
Tersambar petir sering membawa kematian karena terjadinya
kekacauan denyut jantung. Bahaya tersambar petir dapat dicegah dengan
menghindari berdiri di tempat terbuka ketika hari hujan. Tindakan pertolongan
pertama pada korban petir adalah sama dengan terkena arus listrik yaitu korban dapat ditolong dengan melakukan
resusitasi, yaitu pertolongan atau tindakan bantuan pernapasan buatan dari
mulut ke mulut yang biasa disebut Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR). Tidak
ada bahaya bagi siapa saja membantu orang yang telah disambar petir karena
tidak ada muatan listrik pada korban. Dan CPR harus dicoba segera. Cidera lain
yang biasanya terjadi akibat disambar petir adalah luka bakar, luka dan patah
tulang. Segeralah mencari bantuan medis.
2.2.6 Gawat
Darurat Tenggelam.
Tenggelam (drawning) adalah
kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan ke dalam pernapasan akibat
terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan, sedangkan Hampir
tenggelam (near drowning) adalah keadaan gangguan fisiologi tubuh akibat
tenggelam tetapi tidak terjadi kematian (Onyekwelu, 2008).
A. Klasifikasi
Tenggelam
Beberapa klasifikasi tenggelam menurut
Levin (1993) adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
1)
Typical Drawning :Keadaan
dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam.
2)
Atypical Drawning
a.
Dry Drowning
Keadaan dimana hanya
sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam saluran pernapasan.
b. Immersion
Syndrom
Terjadi terutama pada
anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin ( suhu < 20°C ) yang
menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi
dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah koroner
dan sirkulasi serebaral.
c. Submersion
of the Unconscious
Sering terjadi pada korban yang
menderita epilepsy atau penyakit jantung khususnya coronary atheroma,
hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air .
d. Delayed
Dead
Keadaan dimana seorang korban masih
hidup setelah lebih dari 24 jam setelah diselamatkan dari suatu episode
tenggelam.
b. Berdasarkan Kondisi Kejadian
1. Tenggelam
(Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita akan
meneguk air dalam jumlah yang banyak sehingga air masuk ke dalam saluran
pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian apiglotis akan mengalami spasme
yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui
oleh udara yang sangat sedikit.
2. Hampir
Tenggelam (Near Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita masih
bernafas dan membatukkan air keluar.
Kegawatdaruratan
Pada Korban Tenggelam
Onyekwelu
(2008) menyatakan beberapa kegawatdaruratan yang dapat terjadi pada keadaan
near drowning yakni :
a. Perubahan
Pada Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90%
korban tenggelam dan 80 – 90% pada korban hamper tenggelam. Jumlah dan
komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan klinis penderita, isi lambung, organism
pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat member cedera pada
paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas.
b. Perubahan
Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam
kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat. Bradikardi dapat timbul karena
refleks fisiologis saat berenang di air dingin atau karena hipoksia. Perubahan
pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir tenggelam sebagian besar akibat
perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan gangguan keseimbangan
asam-basa.
c. Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat
mempengaruhi semua organ tetapi penyebab kesakitan dan kematian terutama
terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak dapat berlanjut akibat hipotensi,
hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebral.Kesadaran
korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya penurunan kesadaran
terjadi 2 – 3 menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak irreversibel
mulai terjadi 4 – 10 menit setelah anoksia dan fungsi normotermik otak tidak
akan kembali setelah 8 – 10 menit anoksia. Penderita yang tetap koma selama
selang waktu tertentu tapi kemudian bangun dalam
d. Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang
telah mendapat resusitasi biasanya tidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat
terjadi albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif
akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat,
asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.
e. Perubahan
Cairan dan Elektrolit
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi
sebagian besar cairan tetapi selalu menelan banyak cairan. Air yang tertelan,
aspirasi paru, cairan intravena yang diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan
perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan
perubahan elektrolit dan perubahancairan karena tingginya kadar Na dan
Osmolaritasnya. Hipernatremia dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi
air laut yang banyak. Sedangkan aspirasi air tawar yang banyak dapat
mengakibatkan hipervolemia dan hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena
kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas (Ronald, 2002).
Penanganan
Pertama Pada Korban Tenggelam
1.
Prinsip pertolongan di air :
a) Raih
( dengan atau tanpa alat ).
b) Lempar
( alat apung ).
c) Dayung
( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
d) Renang
( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).
2.
Penanganan Korban
a) Pindahkan
penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
b) Bila
ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi kepala, leher
dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk menggunakan papan
spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan pasanglah sebelum menaikan
penderita ke darat.
c) Buka
jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan untuk
memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas sepanjang
perjalanan.
d) Upayakan
wajah penderita menghadap ke atas.
e) Sampai
di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
f) Berikan
oksigen bila ada sesuai protokol.
g) Jagalah
kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
h) Lakukan
pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
i)
Segera bawa ke fasilitas kesehatan.
2.2.7
Gawat
Darurat Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau
ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton)
dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar
kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas
makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.Radiasi dalam bentuk
gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan foton adalah jenis radiasi
yang tidak mempunyai massa dan muatan listrik. Misalnya adalah gamma dan
sinar-X, dan juga termasuk radiasi tampak seperti sinar lampu, sinar matahari,
gelombang microwave, radar dan handphone, (BATAN, 2008)
Radiasi
adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas,
partikel atau gelombang elektromagnetik atau cahaya (foton) dari sumber
radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita,
contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave
oven), komputer, dan lain-lain.
Zat radioaktif adalah termasuk zat atau benda-benda yang bisa
menimbulkan keadaan darurat jika terjadi kecelakaan pada transportasinya atau
pada laboratorium atau juga fasilitas reator nuklir baik untuk pembangkit
tenaga listrik ataupun reaktor untuk penelitian serta produksi radio isotop.
Karena kemasannya benar benar ketat, jarang terjadi pelepasan zat ini. Sangat
sedikit petugas gawat darurat pernah berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas
yang melibatkan zat radioaktif dan kecelakaan ini jarang terjadi. Walaupun
begitu, adalah bijaksana bila seorang petugas gawat darurat mengetahui cara
penanggulangan kecelakaan radiasi karena mungkin saja suatu saat terjadi kecelakaan
itu didaerah tempatnya bertugas.
Penuntun Manajemen untuk
Emergensi Medis Radiasi.
1. Cari
sumber/data untuk mencari bukti/petunjuk mengenai material yang berbahaya.
2. Bila
sudah dicurigai ada bahaya, tempatkan orang-orang/petugas dan juga alat-alat
dan post komando pada jarak yang aman (kira-kira 50 meter dari tempat kejadian)
berlawanan dengan arah angin dan lebih tinggi.
3. Beritahukan
rumah sakit dan pemerintahan.
4. Tempatkan
pagar perlindungan, dan gunakan survey meter jika bisa diadakan dengan segera
dan buat garis kontrol sebagai batas area yang terkontaminasi atau diduga
terkontaminasi dengan area yang bebas dari kontaminasi.
5. Pastikan
apakah ada korban yang terluka atau tidak.
6. Perkirakan
dan tanggulangi luka/kondisi yang mengancam nyawa. Jangan ditangguhkan
pertolongan pertama walau korban tidak bisa dipindahkan atau diduga
terkontaminasi. Tutup atau balut bagian yang diduga terkontaminasi agar
kontaminan tidak berpindah kepada penolong. Lakukan tindakan emergensi rutin
selama prosedur melepaskan pakaian yang diduga terkontaminasi Jangan lupa
penolong harus memakai sarung tangan karet rangkap dua waktu menolong atau
melepaskan pakaian korban. Setiap selesai satu tahap pertolongan, ganti sarung
tangan luar supaya kalau menyentuh sesuatu atau pasien lain kontaminan yang
menempel pada sarung tangan petugas atau penolong tidak berpindah ke tempat
lain atau keorang lain . Dan seluruh sarung tangan bekas atau bahan-bahan lain
yang bekas dipakai dikumpulkan dalam kantong khusus dan diberi label, identitas
korban dan tempat serta tanggal kejadian. Begitu juga pakaian korban yang
dilepas.
7. Pindahkan
pasien dari area bahaya radiasi dengan memakai cara yang tepat untuk menghindari
injuri labih lanjut. Tetap berada di pada zone kontrol bila dicurigai adanya
kontaminasi.
8. Cari
luka-luka dan tutup dengan pembalut steril. Kalau diduga terkonminasi beri
tanda terkontaminasi supaya lebih diprioritaskan penanggulangannya setelah
sampai diruang emergensi.
9. Korban
hanya dimonitor di garis kontrol untuk kemungkinan kontaminasi setelah kondisi
medisnya stabil. Level radiasi diatas bakground mengindikasikan adanya
kontaminasi. Lepas pakaian korban yang terkontaminasi sebanyak yang bisa dilepas
tanpa menimbulkan luka yang lebih parah.
10. Pindahkan tandu ambulans ke sisi bersih dari garis
kontrol dan tutupi dengan sprei atau selimut bersih. Tempatkan korban diatas
penutup tandu untuk dikirim ke tempat pertolongan selanjutnya. Jangan pindahkan
korban dari papan penyokong tulang punggung atau leher jika ia mamakai benda
tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertolongan
pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cidera
yang memerlukan bantuana medis dasar. Medis dasar yang di maksud disini adalah tindakan perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran yang dapat dimiliki orang awam. Pemberian medis ini dilakukan oleh
penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan
terlatih dalam penanganna medis.
Ada beberapa tindakan yang harus diperhatikan dalam
meberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, seperti pada yang mengalami
cedera, perdarahan, keseleo, dislokasi sendi, patah tulang / fraktur,
tenggelam, terbakar karena sengatan aliran listrik. Dan setiap tindakan yang
diberikan pada masing-masing penyebab berbeda-beda ada caranya tersendiri.
3.2 Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan harus tahu mengenal
anatomis serta fisiologis tubuh manusia, jadi ketika memberikan pertolongan
pertama bisa memberikan tindakan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Stevens, P.J.M,
Bordui, F, dkk.Ilmu Keperawatan.Jakarta:EGC
3.
Onyekwelu, E. (2008). Drowning and
Near Drowning. Internet Journal of Health 8(2).
4.
Ronald, C. (2002). Drowning and near
drowning. International Child Health Care: Apractical manual for hospitals
worldwide: 541
5.
http://www.infonuklir.com/read/detail/510/apakah-radiasi-itu#.VAurW8KSz54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar