pencarian

Powered By Blogger

PENGUNJUNG BLOG

Senin, 17 November 2014

ENVIRONMENTAL EMERGENCY

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.
Darurat Lingkungan didefinisikan sebagai "bencana onset mendadak atau kecelakaan akibat alam, teknologi atau faktor yang disebabkan manusia, atau kombinasi dari ini, yang menyebabkan atau mengancam untuk menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah serta hilangnya nyawa manusia dan properti." (UNEP / GC.22 / INF / 5, 13 November 2002).
Setelah bencana atau konflik, keadaan darurat lingkungan dapat terjadi jika kesehatan dan mata pencaharian masyarakat beresiko karena pelepasan bahan berbahaya dan beracun, atau karena kerusakan yang signifikan pada ekosistem. Contohnya termasuk kebakaran, tumpahan minyak, kecelakaan kimia, racun-limbah pembuangan dan polusi air tanah.
Risiko lingkungan dapat akut dan mengancam jiwa. Menurut Database Bencana Internasional (EM-DAT), antara tahun 2003 sampai 2013, ada 380 kecelakaan industri dilaporkan, mempengaruhi 207.668 orang dan mengakibatkan lebih dari US $ 22 juta kerugian. Perubahan iklim memiliki efek belum pernah terjadi sebelumnya pada terjadinya bencana alam dan risiko yang terkait keadaan darurat lingkungan. Dengan perubahan iklim sudah peregangan sistem penanggulangan bencana, kejadian darurat terkait iklim di masa depan akan menghasilkan peningkatan dan tuntutan lebih mahal untuk bantuan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan pertolongan segera karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan permanen. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi di masyarakat antara lain keadaan seseorang yang mengalami henti napas, henti jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan, cedera, misalnya patah tulang, kasus stroke, kejang, keracunan, dan korban bencana. Unsur penyebab kejadian gawat darurat antara lain karena terjadinya kecelakaan lalu lintas, penyakit, kebakaran maupun bencana alam. Kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian utama d daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ).
Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007), keadaan gawat darurat adalah suatu kondisi dimana berdasarkan respon dari pasien, keluarga pasien, atau siapa pun yang berpendapat pentingnya membawa pasien ke rumah sakit untuk diberi perhatian atau tindakan medis dengan segera. Kondisi yang demikian berlanjut hingga adanya keputusan yang dibuat oleh pelayanan kesehatan yang profesional bahwa pasien berada dalam kondisi yang baik dan tidak dalam kondisi mengancam jiwa. Penderita gawat darurat adalah penderita yang oleh karena suatu penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestesi) yang bila tidak segera ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal (Sudjito, 2007).
Environmental Emergency merupakan Darurat Lingkungan didefinisikan sebagai "bencana onset mendadak atau kecelakaan akibat alam, teknologi atau faktor yang disebabkan manusia, atau kombinasi dari ini, yang menyebabkan atau mengancam untuk menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah serta hilangnya nyawa manusia dan properti atau harta benda." (UNEP / GC.22 / INF / 5, 13 November 2002).
2.2 Kejadian yang Termasuk dalam Environmental Emergency.
    2.2.1 Gawat Darurat Korban Kebakaran
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak mata dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu renadah (frost bite).
Luka bakar adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam ataau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam, yang di sebabkan kontak langsung denagn sumber panas yaitu api, air/ uap panas, bahan kimia, radiasi, arus listrik, dan suhu sanagt dingin.

A.    Kedalaman luka bakar

1.         Derajat I (luka bakar superfisial)
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar dengan derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanay akan sembuh tanpa jaringan parut dalam  waktu 5-7 hari
2.         Derajat II (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tapi masih ada elemen epitel yang tersisa seperti sel epitel basal, klenjar sebasea, kelenjar keringat, folikel rambut, sehingga luka akan sembuh dengan waktu 10-21 hari.
Luka bakar derajat II dibedakan menjadi :
a)      Derajat II dangkal, dimana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.
b)      Derajat II dalam, dimana keruskan mengenai hampir seluruh baggian dermis. Bila kerusakn lebih dalam mengenai dermis subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan yang terjadi lebih lama tergantung pada bagian yang memiliki kemampuan reproduksi.
3.      Derajat III
Luka bakar  meliputi seluruh kedalaman kuli, mungkin subkulit, atau organ yang lebih dalam. Oleh karena itu tidak ada lgi epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi  berwarna puith, tidak ada bula, dan tidak ada nyeri.

B.     Klasifikasi luka bakar :

1.      Luka bakar berat atau kritis  bila :
a.       Derajat dua denagn luas lebih dari 25 %
b.      Derajat tiga dengan luas lebih dari 10% atau terdapat di muka, kaki dan tangan
c.       Luka bakar disertai dengan trauma jalan nafas atau jaringan  lunak luas atau fraktur
d.      Luka bakar karena lisrik
2.      Sedang bila :
a.       Derajat dua dengan luas 15-25 %
b.      Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 %kecuali muka, kaki, dan tangan.
3.      Ringan bila :
a.       Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 %
b.      Derajat tiga kurang dari 2%

C.    Bila seseorang mengalami luka bakar:

1.      Hentikan penyebabnya, misalkan padamkan api.
2.      Periksa jalan napas dan pernapasan.
3.      Singkirkan benda-benda yang ikut panas (pakaian, cincin, arloji, perhiasan).
4.      Bagi korban yang tidak sadar lakukan perawatan, atasi pendarahan, dinginkan luka dengan air biasa atau mencucinya di bawah air yang mengalir.
5.      Cari bantuan medis. Apabila bantuan lama datangnya, tutupi luka yang sudah dingin dengan kasa atau kain yang lembab. Jangan pakai kapas atau kain yang berbulu. Jangan melepaskan kain yang melekat pada luka bakar gunting di sekelilingnya.
6.      Jika memungkinkan, sambil menunggu bantuan medis tinggikan bagian yang terluka atau pindahkan korban ke tempat perawatan.
7.      Kalau orang ini sadar dan meminta, berikan minum.
8.      Catatan penting : janagan sembarang mengoleskan salep atau krim karena panas akan tertahan di dalam tubuh dan mempersulit pemeriksaan. Jangan memecahkan gelembung yang terjadi.

D.  Pertolongan pertama pada luka bakar

      a. Untuk luka bakar ringan
1.      Aliri dengan air biasa selama 10 menit atau kalau tidak ada air tutupi dengan kompres lembab.
2.      Tutupi luka dengan perban atau kain bersih yang tidak lengket. Pastikan perban atau kain menutupi daerah kulit yang terbakar. Bisa juga pakai daun pisang muda yang masih tergulung untuk membalut luka bakar. Untuk meredakan rasa sakit bisa digunakan lendir tanaman lidah buaya.
3.      Jangan pakai mentega, pasta gigi dan bahan yang berlemak dan jangan memecah gelembung yang terjadi pada luka.
b. Untuk luka bakar parah
1.      Jika pakaian korban terbakar, padamkan api dengan selimut, handuk, seprai yang tebal,dsb. Bekap supaya api tidak mendapat udara. Balutkan sampai api padam.
2.      Lepaskan pelan-pelan pakaian yang menempel, biarkan sobekan yang sulit dikelupas melekat pada luka. Jika mungkin, serahkan kepada ahli yang ada karena mereka tahu cara melepaskan dengan baik.
3.      Kalau tidak bisa langsung dibawa ke rumah sakit, rawat korban dari syok.
4.      Apabila korban sadar dan meminta minum, beri minum air hangat. Air membantu menggantikan cairan yang hilang.

       2.2.2 Gawat Darurat Akibat Suhu Tinggi
Temperatur yang tinggi dapat mengakibatkan  luka bakar dapat memberikan akibat secara fisik yang serius. Melaksanakan pekerjaan yang keras dalam ruangan yang lembab dan panas, maka bisa terjadi gangguan pada pengaturan suhu tubuh. Dalam situasi normal suhu tubuh diatur melalui penegluaran keringat badan kita. Melalui penguapan keringat ini, badan mengalami penurunan suhu. Jika tidak keluar keringat, atau keringat tidak dapat menguap, karena udara dengan kelembaban yang tinggi ataupun karena berpakaian tebal, maka akn terjadi gangguan dalam pengaturan suhu tubuh kita. Dalam hal inbi dikatakan "terperangkap panas" (penimbunan panas badan).
tanda-tanda seseorang kepanasan adalah :
1.      kulit panas , kering dan merah
2.      korban merasa mual
3.      korban merasa kacau, mengantuk, dan akhirnay pinsan
         Pertolongan  pada gangguan suhu panas :
          Pertolongan pertama ditujukan pada usaha-usaha untuk secepatnya menormalkan kembali suhu tubuh. Untuk dapat mencapai ini perlu  untuk membawa koraban ke tempat yang lebih sejuk dan melepaskan pakaian-pakaian yang mengisolasi badannya. Selanjutnya kita dinginkan badannya dengan air dingin. Jika korban tidak pinsan, kita dapat memakai cairan pendingin (seperti air dengan batu-batu es). Seorang pasien yang pinsan harus dibaringkan miring, dimana kita harus mempertahankan kepatenan jalan napasnya. Selanjutnya korban harus cepat-cepat dibawa kerumah sakit.




         2.2.3 Gawat Darurat akibat dari suhu rendah
Cara pendinginan yang terlalu kuat dapat berakibat bahwa seseorang justru mengalami kedinginan. Pendinginan yang terlalu kuat dapat terjadi karena cara berpakaian yang kurang memadai terhadap udara dingin, atau karena kurang gerak badan, karena pemakaian alkohol, atau karena  terlalu lama berada diair yang dingin (ini salah satu alsan mengapa luka bakar luas, pendinginan tidak boleh lebih dari 10 menit).
Jika seseorang terjebak cuaca dingin, maka tanda-tanda berikut akan terlihat :
1.      kulit pucat dan dingin
2.      korban bergetar dan merasa dirinya sangat lemah
3.      korban merasa terjadi keadaan kaku menyalimuti anggota-anggota badannya
4.      Korban menjadi mengantuk, ingin tidur dan dapat terjadi pinsan, dalam situasi yang demikian ini ada bahaya jantung berhenti.
Pertolongan pertama menghadapi kedinginan:
pertolongan pertama adalah untuk menghindari terjadi pendinginan yang lebih lanjut. Untuk alasan ini, korban harus dibungkus dengan selimut. Dan selanjutnya korban harus cepat-cepat diangkut kerumah sakit. Pada keadaan korban pinsan, kita harus menempatkan korban dalam posisi miring stabil, dan harus mempertahankan saluran pernafasan tetap dalam keadaan bebas.

         2.2.4  Gawat Darurat Akibat Tersengat Listrik.
Sengatan listrik (electrocution, electrical shock) terjadi jika tubuh kita dialiri arus listrik, dan itu terjadi jika tubuh kita menjadi penghubung antara dua titik yang memiliki beda potensial listrik (dinyatakan dengan Volt). Misalnya tangan kita memegang dua kabel beda fasa, atau kabel fasa dan kabel netral, atau salah satu tangan memegang kabel fasa sementara kaki telanjang kita menginjak tanah atau lantai. Saat itulah arus listrik mengalir dari kabel ke kabel atau dari kabel ke tanah melewati tubuh kita dan kita pun merasakan apa yang sering kita sebut sebagai "kesetrum".
Kesetrum atau dalam bahasa ilmiah disebut sengatan listrik (electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara sederhana kesetrum dapat dikatakan sebagai suatu proses terjadinya arus listrik dari luar ke tubuh. Sengatan listrik dapat terjadi karena kontak dari tubuh manusia dengan sumber tegangan yang cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan arus melalui otot atau rambut. Ketika tersengat lsitrik, terdapat beda potensial (arus dari potensial tinggi ke rendah) sehingga muncul tegangan listrik  antara tubuh dan lingkungan kita.
Seperti yang diketahui, bahwa bumi atau tanah memiliki potensial yang rendah. Hal ini akan menyebabkan listrik akan selalu mencoba mengalir ke bumi dari sumber tegangan melalui konektor. Maka dalam kasus kesetrum, manusia berlaku sebagai konektor atau konduktor karena pada tubuh manusia komponen air lah yang paling besar presentasenya. Semakin basah atau lembab kulit manusia maka hambatan listrik kulit makin kecil sehingga akan makin mudah terjadi setrum sehingga arus listrik makin mudah mengalir.
Arus listrik menimbulkan gangguan karena rangsangan terhadap saraf dan otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui dapat menyebabkan luka bakar. Luka bakar ini timbul dapat akibat dari bunga api listrik yang suhunya dapat mencapai 2.500 derajat celcius. Tegangan lebih dari 500 volt merupakan risiko tinggi terhadap keselamatan jiwa. Arus bolak-balik menimbulkan rangsangan otot berupa kejang-kejang. Bila arus tersebut melalui jantung, kekuatan sebesar 60 milliamper saja sudah cukup untuk menimbulkan gangguan jantung (fibrilasi ventrikel). Bila kawat berarus listrik terpegang oleh tangan, maka pegangan akan sulit dilepaskan karena arus listrik tersebut menimbulkan kontraksi dari otot-otot jari tangan. Otot fleksor atau otot menggenggam jari lebih kuat dari otot ekstensor. Jika arus listrik tegangan tinggi mengenai dada akan menyebabkan gangguan pernafasan. Bila mengenai kepala, dapat menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada tegangan rendah, arus searah tidak berbahaya dibandingkan dengan arus bolak-balik.
Kelancaran arus masuk ke tubuh tergantung juga basah atau keringnya kulit yang kontak dengan arus listrik. Bila kulit basah atau lembab, arus listrik akan mudah masuk ke dalam tubuh. Pada tempat masuknya arus listrik, akan tampak luka masuk yang berupa luka bakar sedangkan pada tempat luka keluar akan terkesan loncatan arus keluar. Arus keluar biasanya sulit ditemukan. Panas yang timbul yang mengenai pembuluh darah akan dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang semakin lama dapat menyebabkan kematian jaringan.
Kadang luka bakar yang tampak dari luar tampak ringan tetapi kerusakan jaringan yang lebih dalam luas dan berat. Kerusakan otot yang berat dapat terlihat pada kencing yang berwarna gelap karena bercampur dengan mioglobin yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Akibat dari sengatan listrik bisa bermacam-macam. Mulai dari sekedar terkejut, membuat luka bakar ditubuh Anda, atau yang tergolong fatal berupa kematian. Sengatan listrik dapat membuat jantung berhenti berdenyut, otot berkontraksi (mengerut), pernafasan berhenti karena pusat saraf yang mengatur pernafasan menjadi lumpuh.
Jika ada orang yang tersengat listrik, segera hubungi pertolongan medis jika tanda-tanda atau gejala-gejala di bawah ini tampak pada korban:serangan jantung, masalah pada irama jantung (arrhythmias), kegagalan bernafas, sakit dan kontraksi pada otot, epilepsi/ayan, kesemutan dan rasa geli, tidak sadar/pingsan
Penatalaksanaan jika tersengat listrik:
1.      Penatalaksanaan awal sebelum penderita ditangani adalah tentunya memutuskan sumber arus listriknya.
2.      Setelah itu, segera pindahkan korban ke tempat aman serta bersirkulasi udara lancar. Baringkan korban lalu evaluasi kesadaran penderita apakah sadar atau tidak, serta periksa denyut nadi dan pernapasannya. Berikan bantuan pernapasan buatan jika dibutuhkan seperti pingsan. Bila korban mengalami muntah, upayakan untuk dikeluarkan. Agar lubang tenggorokannya tidak tertutup, tarik rahangnya ke depan.
3.      Lihat fungsi jantung, jika tidak ada denyut jantung maka lakukan RJP sesegera mungkin untuk menolong korban.
4.      Untuk pembuatan nafas buatan ada tekniknya. Pertama, telentangkan korban, lalu tekuk kepalanya ke belakang. Kemudian, anda buka mulut, tarik napas kuat-kuat, baru tutup mulut. Kemudian tiupkan udara ke mulut korban sekuat-kuatnya sampai rongga paru-paru terangkat. Ketika melakukannya, jangan lupa tekan hidung korban supaya udara yang anda tiupkan tidak keluar. Sebisa mungkin, segera lakukan pernapasan buatan ketika korban tersengat. Tiga sampai empat kali pernapasan buatan awalan akan sangat membantu korban.
5.      Jika korban adalah anak kecil, dibutuhkan lebih banyak lagi pernapasan buatan, sampai 20 kali dalam semenit.
6.      Untuk pernapasan buatan, mungkin karena pertimbangan tertentu, bisa tidak dilakukan lewat mulut. Pembuatan nafas buatan boleh disalurkan lewat hidung korban. Kalau setelah dilakukan pernapasan buatan, ternyata paru-paru juga tidak mengembang, periksa mulut, hidung, dan kerongkongan. Mungkin ada sesuatu yang menghambat aliran udara untuk masuk. Serta setelah diberikan pertolongan pertama, segera bawa untuk mendapat pertolongan medis lebih lanjut.
7.      Tutupi titik luka bakar jika ada terjadi luka pada tubuh korban. Gunakan kain, perban atau benda apapun yang bersifat tidak mengantarkan panas
8.      Dalam memberikan bantuan  pada seseorang yang terkena listrik, penolong harus menjamin bahwa diinya terisolasi, jika ini bukan demikian, maka ia sendiri akan mengalami syok.


2.2.5 Gawat Darurat Akibat Tersambar Petir
Ketika seseorang tersambar petir, perlu untuk mendapatkan bantuan darurat medis sesegera mungkin. Jika lebih dari satu orang yang tersambar petir, pertama, lakukan tindakan kepada korban yang masih sadar. Karena seseorang yang tersambar petir kemungkinan besar akan meninggal, tanpa denyut nadi atau tidak bernapas.
Tersambar petir sering membawa kematian karena terjadinya kekacauan denyut jantung. Bahaya tersambar petir dapat dicegah dengan menghindari berdiri di tempat terbuka ketika hari hujan. Tindakan pertolongan pertama pada korban petir adalah sama dengan terkena arus listrik  yaitu korban dapat ditolong dengan melakukan resusitasi, yaitu pertolongan atau tindakan bantuan pernapasan buatan dari mulut ke mulut yang biasa disebut Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR). Tidak ada bahaya bagi siapa saja membantu orang yang telah disambar petir karena tidak ada muatan listrik pada korban. Dan CPR harus dicoba segera. Cidera lain yang biasanya terjadi akibat disambar petir adalah luka bakar, luka dan patah tulang. Segeralah mencari bantuan medis.
    2.2.6 Gawat Darurat Tenggelam.
       Tenggelam (drawning) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan ke dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan, sedangkan Hampir tenggelam (near drowning) adalah keadaan gangguan fisiologi tubuh akibat tenggelam tetapi tidak terjadi kematian (Onyekwelu, 2008).
A.    Klasifikasi Tenggelam
Beberapa klasifikasi tenggelam menurut Levin (1993) adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
1)      Typical Drawning :Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam.
2)      Atypical Drawning


a.       Dry Drowning
Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam saluran pernapasan.
b.      Immersion Syndrom
Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin ( suhu < 20°C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral.
c.       Submersion of the Unconscious
Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air .
d.      Delayed Dead
Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam.

    b. Berdasarkan Kondisi Kejadian
1.      Tenggelam (Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian apiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.
2.      Hampir Tenggelam (Near Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.
Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam
Onyekwelu (2008) menyatakan beberapa kegawatdaruratan yang dapat terjadi pada keadaan near drowning yakni :


a.      Perubahan Pada Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 – 90% pada korban hamper tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan klinis penderita, isi lambung, organism pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat member cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas.
b.      Perubahan Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat. Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat berenang di air dingin atau karena hipoksia. Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir tenggelam sebagian besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan gangguan keseimbangan asam-basa.
c.        Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ tetapi penyebab kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak dapat berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebral.Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya penurunan kesadaran terjadi 2 – 3 menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi 4 – 10 menit setelah anoksia dan fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 – 10 menit anoksia. Penderita yang tetap koma selama selang waktu tertentu tapi kemudian bangun dalam
d.       Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya tidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat, asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.


e.       Perubahan Cairan dan Elektrolit
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan perubahan elektrolit dan perubahancairan karena tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya. Hipernatremia dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang banyak. Sedangkan aspirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan hipervolemia dan hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas (Ronald, 2002).
Penanganan Pertama Pada Korban Tenggelam
1. Prinsip pertolongan di air :
a)      Raih ( dengan atau tanpa alat ).
b)      Lempar ( alat apung ).
c)      Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
d)     Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).
2. Penanganan Korban
a)      Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
b)      Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi kepala, leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan pasanglah sebelum menaikan penderita ke darat.
c)      Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan untuk memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas sepanjang perjalanan.
d)     Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
e)      Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
f)       Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
g)      Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
h)      Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
i)        Segera bawa ke fasilitas kesehatan.
2.2.7        Gawat Darurat Radiasi

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.Radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan foton adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan listrik. Misalnya adalah gamma dan sinar-X, dan juga termasuk radiasi tampak seperti sinar lampu, sinar matahari, gelombang microwave, radar dan handphone, (BATAN, 2008)
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik atau cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.
Zat radioaktif adalah termasuk zat atau benda-benda yang bisa menimbulkan keadaan darurat jika terjadi kecelakaan pada transportasinya atau pada laboratorium atau juga fasilitas reator nuklir baik untuk pembangkit tenaga listrik ataupun reaktor untuk penelitian serta produksi radio isotop. Karena kemasannya benar benar ketat, jarang terjadi pelepasan zat ini. Sangat sedikit petugas gawat darurat pernah berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas yang melibatkan zat radioaktif dan kecelakaan ini jarang terjadi. Walaupun begitu, adalah bijaksana bila seorang petugas gawat darurat mengetahui cara penanggulangan kecelakaan radiasi karena mungkin saja suatu saat terjadi kecelakaan itu didaerah tempatnya bertugas.
Penuntun Manajemen untuk Emergensi Medis Radiasi.

1.      Cari sumber/data untuk mencari bukti/petunjuk mengenai material yang berbahaya.
2.      Bila sudah dicurigai ada bahaya, tempatkan orang-orang/petugas dan juga alat-alat dan post komando pada jarak yang aman (kira-kira 50 meter dari tempat kejadian) berlawanan dengan arah angin dan lebih tinggi.
3.      Beritahukan rumah sakit dan pemerintahan.
4.      Tempatkan pagar perlindungan, dan gunakan survey meter jika bisa diadakan dengan segera dan buat garis kontrol sebagai batas area yang terkontaminasi atau diduga terkontaminasi dengan area yang bebas dari kontaminasi.
5.      Pastikan apakah ada korban yang terluka atau tidak.
6.      Perkirakan dan tanggulangi luka/kondisi yang mengancam nyawa. Jangan ditangguhkan pertolongan pertama walau korban tidak bisa dipindahkan atau diduga terkontaminasi. Tutup atau balut bagian yang diduga terkontaminasi agar kontaminan tidak berpindah kepada penolong. Lakukan tindakan emergensi rutin selama prosedur melepaskan pakaian yang diduga terkontaminasi Jangan lupa penolong harus memakai sarung tangan karet rangkap dua waktu menolong atau melepaskan pakaian korban. Setiap selesai satu tahap pertolongan, ganti sarung tangan luar supaya kalau menyentuh sesuatu atau pasien lain kontaminan yang menempel pada sarung tangan petugas atau penolong tidak berpindah ke tempat lain atau keorang lain . Dan seluruh sarung tangan bekas atau bahan-bahan lain yang bekas dipakai dikumpulkan dalam kantong khusus dan diberi label, identitas korban dan tempat serta tanggal kejadian. Begitu juga pakaian korban yang dilepas.
7.      Pindahkan pasien dari area bahaya radiasi dengan memakai cara yang tepat untuk menghindari injuri labih lanjut. Tetap berada di pada zone kontrol bila dicurigai adanya kontaminasi.
8.      Cari luka-luka dan tutup dengan pembalut steril. Kalau diduga terkonminasi beri tanda terkontaminasi supaya lebih diprioritaskan penanggulangannya setelah sampai diruang emergensi.
9.      Korban hanya dimonitor di garis kontrol untuk kemungkinan kontaminasi setelah kondisi medisnya stabil. Level radiasi diatas bakground mengindikasikan adanya kontaminasi. Lepas pakaian korban yang terkontaminasi sebanyak yang bisa dilepas tanpa menimbulkan luka yang lebih parah.
10.  Pindahkan tandu ambulans ke sisi bersih dari garis kontrol dan tutupi dengan sprei atau selimut bersih. Tempatkan korban diatas penutup tandu untuk dikirim ke tempat pertolongan selanjutnya. Jangan pindahkan korban dari papan penyokong tulang punggung atau leher jika ia mamakai benda tersebut.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
     
        Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cidera yang memerlukan bantuana medis dasar. Medis dasar yang di maksud disini adalah tindakan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki orang awam. Pemberian medis ini dilakukan oleh penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganna medis.
     
        Ada beberapa tindakan yang harus diperhatikan dalam meberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, seperti pada yang mengalami cedera, perdarahan, keseleo, dislokasi sendi, patah tulang / fraktur, tenggelam, terbakar karena sengatan aliran listrik. Dan setiap tindakan yang diberikan pada masing-masing penyebab berbeda-beda ada caranya tersendiri.

3.2 Saran

       Kita sebagai tenaga kesehatan harus tahu mengenal anatomis serta fisiologis tubuh manusia, jadi ketika memberikan pertolongan pertama bisa memberikan tindakan yang sesuai.





DAFTAR PUSTAKA

1.      Stevens, P.J.M, Bordui, F, dkk.Ilmu Keperawatan.Jakarta:EGC
3.      Onyekwelu, E. (2008). Drowning and Near Drowning. Internet Journal of Health 8(2).
4.      Ronald, C. (2002). Drowning and near drowning. International Child Health Care: Apractical manual for hospitals worldwide: 541
5.      http://www.infonuklir.com/read/detail/510/apakah-radiasi-itu#.VAurW8KSz54
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar