LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN ANEMIA
DI
INSTALANSI RAWAT JALAN
RS. BAPTIS KEDIRI
Oleh
:
MISRADI
(A5.11.33)
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN RS.BAPTIS KEDIRI
PRODI
KEPERAWATAN S1 PROGRAM A
TAHUN
AKADEMIK 2012/2013
BAB I
TINJAUAN TEORI ANEMIA
1.1 Definisi
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai
normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2005 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis
atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui
anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium (So, 2000).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah (Doenges, 1999).
1.2 Etiologi
Anemia disebabkan oleh berbagai
jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara signifikan akan
mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner dan
Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :
11. Secara fisiologis anemia terjadi
bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan.
22. Akibat dari sel darah merah yang
prematur atau penghancuran sel darah merah yang berlebihan
33. Produksi sel
darah merah yang tidak mencukupi.
44. Faktor lain meliputi kehilangan
darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit kronis dan kekurangan
zat besi.
1.3 Patofisiologi
Infeksi,obat,bahan
kimia,kerusakan radiasi
Mempangeruhi
proses erythropoesis
Kegagalan
sumsum tulang
Kegagalan
pembentukan sel darah merah
Eritrosit
menurun Leukosit menurun Trombosit
menurun
Perubahan
hemoglobin Penurunan
antibody Penurunan
fungsi pembekuan darah
Pembekuan
darah
Penurunan komponen
seluler yang Ketidak
seimbangan
diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel antara suplai O2
dan
Gangguan
perfusi jaringan
|
kebutuhan
tubuh
Intoleransi
aktivitas
Intoleransi
aktivitas
Intoleransi
aktivitas
Intoleransi
aktivitas
|
Penurunan
perfusi GI Tract
Penurunan
mitilitas usus
Stagnasi
makan di usus
Impuls
kenyang di MO
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
|
Anoreksia Absorsi
nutrient
1.4 Manifestasi klinis
Gejala
klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam
tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan
dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara
mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lulai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan
seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada
bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa
menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).
1. Pucat oleh
karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi.Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran
darah) Angina (sakit dada).
2. Dispnea,
nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang).
3. Sakit
kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SS.
4. Anemia
berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare).
Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada
ADB dengan kadar Hb 6-10 g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif
sehingga gejala anemia hanya ringan saja. Bila kadar Hb turun < >
100 µg/dl eritrosi.
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai
pada anemia jenis lain adalah sebagai berikut :
1. Koilorikia
2. Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis
vertical, dan menjadi cekung seperti sendok.
2 3. Atrofi
papilla lidah
Permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah
menghilang.
3 4. Stomatitis
angularis
Adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai bercak
berwarna pucat keputihan.
4 5. Disfagia
Nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
1.5 Komplikasi
Anemia juga
menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah
terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi
saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi
lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan
organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
1.6 Penatalaksanaan Medis
Tindakan
umum menurut (Sjaifoellah, 1998):
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari
penyebab dan mengganti darah yang hilang meliputi:
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
1.7 Penatalaksanaan
1 * Medikamentosa
Pemberian preparat besi
(ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari
dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan
sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal. Asam askorbat 100 mg/15 mg
besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).
1)
Pemberian
preparat besi peroral
Preparat yang tersedia berupa ferrous
glukonat, fumarat dan suksinat. Yang sering dipakai adalah ferrous sulfat
karena harganya lebih murah. Untuk bayi tersedia preparat besi berupa tetes
(drop). Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai adalah
4-6 mg besi elemental/kgBB/hari. Obat
diberikan dalam 2-3 dosis sehari. Preparat besi ini harus diberikan selama 2
bulan setelah anemia pada penderita teratasi.1,2
2)
Pemberian
preparat besi parenteral
Pemberian besi secara intramuskuler
menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Dapat menyebabkan limfadenopati
regional dan reaksi alergi. Kemampuan untuk menaikkan kadar Hb tidak lebih baik
dibanding peroral. Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi. Larutan
ini mengandung 50 mg besi. Dosis dihitung berdasarkan. :
Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5.
Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5.
3)
Transfusi
darah
Transfusi darah jarang diperlukan,
transfusi darah hanya diberikan pada keadaan anemia yang sangat berat atau yang
disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi. Pemberian PRC dilakukan
secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar Hb sampai tingkat
aman sambil menunggu respon terapi besi.
2 * Bedah
Untuk
penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena
diverticulum Meckel.
3 * Suportif
Makanan gizi seimbang
terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani
(limfa,hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).
Prinsip penatalaksanaan
ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta memberikan terapi
penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-85% penyebab ADB dapat diketahui
sehingga penaganannya dapat dilakukan dengan tepat. Pemberian preparat Fe dapat
secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral lebih aman, murah dan sama
efektifnya dengan pemberian secara parenteral.
Pemberian secara
parenteral dilakukan pada penderita yang tidak dapat memakan obat oleh karena
terdapat gangguan pencernaan.
P * Pencegahan
Tindakan penting yang
dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi pada masa awal kehidupan adalah
meningkatkan penggunaan ASI eksklusif, menunda penggunaan susu sapi sampai usia
1 tahun, memberikan makanan bayi yang mengandung besi serta makanan yang kaya
dengan asam askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan makanan pada usia 4-6
bulan, memberikan suplementasi Fe kepada bayi yang kurang bulan, serta
pemakaian PASI (susu formula) yang mengandung besi.
1.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
1. Anemia defisiensi besi
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan
makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
2.1 Tinjauan
Asuhan Keperawatan
2.1.1 Pengumpulan data
Anamnesa
1. Pengkajian merupakan tahap awal dari proses
dimana kegiatan yang dilakukan yaitu :
Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Anemia merupakan gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia
adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Prince, 2006 : 256).
2.1.2 Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak
mampuan mencerna makanan/ absorpsi
nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
2.1.3
Rencana
Keperawatan
Diagnosa 1 : Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak
mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemik atau hipoglikemik
Intervensi:
1. Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.
Rasional
: meningkatkan nafsu makan yang kurang.
2. Memantau status nutrisi dan kebiasaan makan
Rasional:
untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi .
3. Memantau intake output dengan cara menanyakan berapa kali
pasien makan dan BAB.
Rasional:
Untuk mengetahui keseimbangan antara pemasukan dan
pngeluaran
4. Memberikan HE
tentang kebutuhan nutrisi.
Rasional:
untuk menambah pengetahuan klien tentang kebutuhan
nutrisi.
Diagnosa 2 : Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : Menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil, membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urin adekuat, mental seperti biasa.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : Menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil, membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urin adekuat, mental seperti biasa.
Intervensi :
1. Awasi tanda vital kaji pengisian
kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Rasional : Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
Rasional : Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.
2. Auskultasi bunyi nafas dan perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : Dipsnea gemericik menunjukkan gangguan jantung.
Rasional : Dipsnea gemericik menunjukkan gangguan jantung.
3. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : Iskemia seluler mempengaruhi jaringan
Rasional : Iskemia seluler mempengaruhi jaringan
4. Kolaborasi mengenai hasil pemeriksaan laboratorium dan pemberian sel darah
merah sesuai indikasi
Rasional
: Megidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan atau respon terhadap
terapi.
Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan atau meningkatkan ambulasi atau aktivitas.
Kriteria hasil :
Tujuan : dapat mempertahankan atau meningkatkan ambulasi atau aktivitas.
Kriteria hasil :
-
Melaporkan peningkatan
toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
- Menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intervensi :
- Menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intervensi :
1. Kaji kemampuan ADL pasien
Rasional :
mempengaruhi plihan intervensi atau bantiuan
2. Kaji kehilangan
atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan
perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien
ataau resiko cidera.
3. Observasi tanda –
tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional :
manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk mmbawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
4. Memberikan
lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan
tirah baring bila diindikasikan.
Rasional :
meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru.
5. Gunakan teknik
menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan
dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan
diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot atau stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot atau stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
2.1.4 Evaluasi
Tahap
evaluasi mencakup penilaian terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak,
dan apabila tidak berhasil perlu di kaji, di rencanakan, dan di laksanakan
dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan
intervensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar