BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2000 hemofilia yang dilaporkan ada 314. Pada
tahun 2001 kasus yang dilaporkan mencapai 530. Diantara 530 kasus ini,183 kasus
terdaftar di RSCM, sisanya terdaftar di Bali, Bangka, Lampung, Medan, Pandang, Palembang, Papua, Samarinda, Semarang, Surabaya, Ujung
Pandang, dan Yogyakarta. Di antara 183 pasien hemofilia yang terdaftar di
RSCM,100 pasien telah diperiksa aktifitas factor VII dan IX. Hasilnya menunjukkan
93 orang adalah hemofilia A dan 7 pasien adalah hemofilia B. Sebagian besar
pasien hemofilia A mendapat cryoprecipitate untuk terapi pengganti, dan pada
tahun 2000 konsumsi cryoprecipitate mencapai 40.000 kantong setara dengan
kira-kira 2 juta unit factor VIII.
Pada tahun 2002 pasien hemofilia yang telah terdaftar di
seluruh Indonesia mencapai 757, diantaranya 233 terdaftar di Jakarta,144 di
Sumatra Utara, 92 di Jawa Timur, 86 di Jawa Tengah dan sisanya tersebar dari
Nangroe Aceh Darussalam sampai Papua.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
umum dari penulisan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu membuat asuhan
keperawatan penyakit hemofilia pada anak
Tujuan
dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu :
1)
Mengetahui
pengertian hemofilia
2)
Mengetahui etiologi
hemofilia
3)
Mengetahui
patofisiologi hemofilia
4)
Mengetahui manifestasi klinis hemofilia
5)
Mengetahui
penatalaksanaan hemofilia
6)
Mengetahui
komplikasi hemofilia
7)
Mengatahui asuhan
keperawatan yang tepat pada anak yang hemofilia
BAB 2
KONSEP DASAR
TEORI
2.1 Pengertian Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit koagulasi kongential karena
anak kekurangan faktor pembekuan VIII (hemofilia A) atau IX (hemofilia B)
·
Menurut Cacily
L.Betz & lInda A.Sowden
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah
congenitalkarena anak kekurangan faktor pembekuan VIII (hemofilia A) atau
faktor IX (hemofilia B atau penyakit chritmas)
·
Menurut Barbara
E.Long Vol.2
Hemofilia adalah kelainan pembekuan yang diturunkan,baik
hemofilia A (kurang faktor VIII) maupun hemofilia B sebagai penyakit Christmas
(kekurangan faktor IX) adalah turunan yang merupakan kelainan menerima rantai sek dan hampir
terbatas pada kaum pria saja.
2.2 Etiologi
Penyebab Hemofilia adalah karena anak kekurangan faktor
pembekuan VII (Hemofilia A) atau faktor IX (Hemofilia B)
2.2.1 Penyebab Hemofilia A
Hemofilia A menyerang laki-laki. Dalam plasma orang normal
terdapat faktor anti hemofili/faktor VIII. Bila tidak mempunyai anti
hemofili. Hemofili penyakit ini ada hubungannya dengan keturunan
2.2.2 Penyebab Hemofilia B
Plasmanya kekurangan tromboplastik atau kekurangan faktor
IX. Penyakit ini disebut penyakit Christmas
2.3 Patofisiologi
Keadaan ini adalah penyakit congenital yang diturunkan
oleh gen resesif X-linked dari pihak ibu, faktor VIII dan faktor IX adalah
protein plasma yang merupakan komponen yang diperlukan untuk pembekuan
darah. Faktor-faktor tersebut diperlukan untuk pembentukan untuk pembekuan
fibrin pada tempat pembuluh cedera.Hemofilia berat terjadi bila konsentrasi
faktor VIII dan IX plasma antara 1% dan 5 % dan hemofilia ringan terjadi bila
konsentrasi plasma antara 5% dan 25% dari kadar normal. Manifestasi klinisnya
bergantung pada umur anak dan hebatnya defisiensi faktor VIII dan IX. Hemofilia
berat ditandai perdarahan kambuhan,timbul spontan atau setelah trauma yang
relatif ringan.Tempat perdarahan paling umum adalah di dalam persendian lutut
siku,pergelangan kaki,bahu dan pangkal paha. Otot yang paling sering terkena
adalah heksor lengan bawah, gastroknemius dan ilipsoas, karena kemajuan dalam
bidang pengobatan, hampir semua pasien hemofilia diperkiran dapat hidup normal.
2.4 Manifestasi Klinis
2.4.1 Masa Bayi (untuk diagnosa)
a.
Perdarahan
berkepanjangan setelah sirkumsisi
b.
Ekimosis subkutan
di atas tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur 3-4 bulan)
c.
Hematoma besar
setelah infeksi
d.
Perdarahan dari
mukosa oral
e.
Perdarahan jaringan
lunak
2.4.2 Episode Perdarahan
(selama rentang hidup)
a.
Gejala awal : nyeri
b.
Setelah nyeri :
bengkak,hangat dan penurunan mobilitas
2.4.3 Sekuela
Jangka Panjang
Perdarahan bekepanjangan dalam otot menyebabkan saraf dan
fibrosis otot
2.5 Penatalaksanaan
a.
Secara umum perlu
dihindari truma, pada masa bayi lapisi tempat tidur dan bermain dengan
busa. Awasi anak dengan ketat saat belajar berjalan. Saat anak semakin besar
diperkenalkan dengan aktifitas fisik yang tidak beresiko trauma. Hindari obat
yang mempengaruhi fungsi platelet dan dapat mencetuskan perdarahan (seperti :
aspirin). Terapi pengganti dilakukan dengan memberikan kriopresipitat atau
konsentrat faktor VIII melalui infus
b. Pada hemofili B
perlu ditingkatkan kadar faktor IX atau tromboplastin. Tromboplastin tahan
disimpan dalam bank darah sehingga untuk menolong hemofilia B tidak perlu
tranfusi plasma segar. Bila ada perdarahan dalam sendi harus istirahat di tempat
tidur dan dikompres dengan es.Untuk menghilangkan rasa sakit diberi aspirin (biasanya
3-5 hari perdarahan dapat dihentikan) lalu diadakan latihan gerakan sendi bila
otot sendi sudah kuat dilatih berjalan. Penatalaksanaannya sama dengan hemofilia
A. Terapi penggantidilakukan dengann memberikan Fresh Froszen Plasma (FFP) atau
konsentrat faktor IX. Cara lain yang dapat dipakai adalah pemberian Desmopresin
(DD AVP) untuk pengobatan non tranfusi untuk pasien dengan hemofili ringan atau
sedang.
2.6 Komplikasi
a.
Atropati
progresif,melumpuhkan
b.
Kontraktur otot
c.
Paralisis
d.
Perdarahan
intraknial
e.
Hipertensi
f.
Kerusakan ginjal
g.
Splenomegali
h.
Hepatitis
i.
HIV (karena produk
darah yang terkontaminasi)
j.
Antibodi terbentuk
sebagai antagonis terhadap faktor VIII dan IX
k.
Reaksi tranfusi
alergi terhadap produk darah
l.
Anemia hematolik
m.
Trombosis atau
tromboembolisme
n.
Therapi
2.7 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEMOFILIA
A. Pengkajian
1. TTV
- Nadi
- Pernapasan
2. Tampilan Umum
- Tanda-tanda gagal jantung kongesti
- Gelisah
3. Kulit
- Warna pucat,ikterus
- Petekia
- Memar/hematom
- Perdarahan dari membran mukosa/dari luar
suntikan/pungsi vena
4. Abdomen
- Pembesaran hati
- Pembesaran limpa
5. Kaji anak terhadap perilaku verbal dan non verbal yang
mengindifikasikan nyeri
6. Kaji tempat-tempat terkait untuk menilai luasnya
perdarahan dan luasnya kerusakan sensori,saraf dan motoris
7. Kaji kemampuan anak untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (misal : menyikat gigi)
8. Kaji tingkat perkembangan anak
9. Kaji kesiapan anak dan keluarga untuk pemulangan dan
kemampuan penatalaksanaan program pengobatan di rumah
10. Tanyakan riwayat keluarga mengenai kelainan
perdarahan
11. Tanyakan perdarahan yang tak biasanya
12. Pemeriksaan fisik selama periode eksaserbasi :
- Pembentukan hematoma (subkutan/intramuskular)
- Neuropatiperifer
- Hemorragi intrakarnial : sakit kepala, gangguan
penglihatan, perubahan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan darah, nadi
lemah, ketidaksamaan pupil
- Hemrthrosis : perdarahan pada sendi
- Hematuria
- Epistaksis
13. Kaji kemampuan pasiendan keluarga tentang kondisi dan
tindakan
14. Kaji dampak kondisi pada gaya hidup baru
B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan proteksi
berhubungandengan resiko perdarahan sekunder terhadap defisiensi faktor pembekuan
·
Tujuan/hasil yang
diperkirakan :
Pasien bebas dari perdarahan
ditandai TD systole : 90mmHg, RR : 12-20
x/ menit,sekresi dan ekskresi negatif
terhadap arah
·
Intervensi
1)
Pantau TTV terhadap
tanda perdarahan termasuk hipotensi
2) Pantau pasien
terhadap adanya perdarahan (sendi bengkak, nyeri abdomen, hematuria, hematemesis, melena
dan epitaksis)
3)
Jika perdarahan
terjadi elevasikan area yang sakit jika mungkin dan beri kompres dingin dan
tekanan lembut pada sisi tersebut
4)
Bila diindasikan
lakukan tindakan untuk meminimalkan resiko perdarahan akibat trauma
5)
Anjurkan pasien
untuk menggunakan pencukur listrik dan sikat gigi berbulu halus
6)
Beri faktor
pembekuan sesuai program
7)
Ajarkan pasien
pentingnya tindak lanjut medis dan tranfusi faktor reguler seumur hidup
2. Resiko terhadap
kerusakan integritas kulit dan kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan sirkulasi darah jaringan sekunder terhadap perdarahan :
·
Tujuan :
Kulit dan jaringan pasien tetap
utuh dan tidak menunjukkan memar dan bengkak
·
Intervensi :
1) Inspeksi kulit pasien sedikitnya 4 jam,waspadai
memar,area tertekan dan bengkak
2) Berikan es atau tekanan di atassisi perdarahan
intradermal untuk meningkatkan vasokintriksi
3) Tangani pasien dengan perlahan untuk meminimalkan resiko
trauma jaringan
4) Bantu pasien untuk setiap hari untuk k melakukan latihan
rentang gerak setiap hari untuk meningkatkan mobilitas sendi dan perfusi ke
jaringan
5) Bantu pasien ambulasi jika ditoleransi untuk meningkatkan
sirkulasi ke jaringan
3. Nyeri
berhubungan dengan hematosis (sendi bengkak)
·
Tujuan:
Nyeri berkurang atau
hilang
·
Intervensi :
1) Pantau pasien terhadapa ketidak nyamanan sendi (skala
nyeri)
2) Pasang bebar atau tempatkan alat penyokong lain pada
sendi, imobilisasikan sendi pada sedikit fleksi
3) Elevasikan atau tempatkan bantal di bawah sendi yang
sakit untuk meningkatkan kenyamanan
4) Berikan analgesik sesui program
5) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
4. Resiko tinggi
terhadap cedera berhubungan dengan faktor : perdarahan faktor kontrol sekunder
terhadap hemofilia
·
Tujuan
Mobilitas sendi
normal, tidak ada memar, tidak ada defisit neurologis permanen
·
Intervensi :
1) Untuk cedera kepala :
- Pantau status
neurologis terdeteksi, misalnya : sakit kepala mual, muntah ketidaktepatan
afek, kerusakan memori, perubahan tingkat kesadaran
- Beri faktor
pembekuan yang ditentukan dan elevasi keefektifannya
-
Pertahankan tirah
baring pada posisi semi fowler atau fowler
2) Untuk hemartosis :
-
Pantau status
neurovaskuler dari ekstremitas yang sakit
- Beri tahu dokter
bila pembengkakan sendi berlanjut, atau nutrisi menetap atau bebas dan kesemutan terjadi
pada saat tindakan telah dimulai selama 24 jam
-
Pertahankan tirah
baring pada sendi yang sakit ditinggikan
-
Beri kompres es
sesuai pesanan
-
Berikan faktor
pembekuan yang diresepkan dan dievaluasi keefektifannya
-
Mulai latihan
rentang gerak-gerak pasif bila pembengkakan telah berkurang
-
Beri alat bantu
untuk ambulasi
- Berikan analgesik
yang diresepkan untuk mengontrol nyeri sendi dan evaluasi keefektifannya
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemofilia
adalah kelainan perdarahan yang diturunkan yang disebabkan adanya kekurangan
faktor pembekuaan,hemofilia A timbul jika ada efek gen yang menyebabkan
kurangnya faktor pembekuan VIII (FVII) sedangakan hemofilia B disebabkan
kuranganya faktor pembekuan IX (FIX). Hemofilia A dan B tidak dibedakan karena
mempunyai tampilan klinis yang mirip dan pola pewarisan gen yang
serupa. Hemofilia adalah salah satu penyakit genetik tertua yang pernah
dicatat, kelainan peradarahan yang diturunkan yang terjadi pada seorang
laki-laki tercatat dalam berkas.
3.2 Saran
1. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca,terutama mahasiswa keperawatan
2. Semoga
dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan
3. Semoga
makalah ini dapat menjadi pokok bahasa dalam berbagai diskusi dan forum
terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar